BAB II
HOSPITALITY
A. DEFINISI HOSPITALITY
Hospitality "Merujuk pada hubungan antara
guest/tamu dan host/pelayanan dan juga merujuk pada aktivitas/kegiatan
keramah-tamahan yaitu penerimaan tamu dan hiburan untuk para tamu dengan
kebebasan dan kenyamanan". Hospitality memiliki arti keramah
tamahan, kesopanan, keakraban, rasa saling menghormati.
Jika dikaitkan dengan industri pariwisata,
dapat diibaratkan bahwa hospitality merupakan roh, jiwa, semangat dari
pariwisata. Tanpa adanya hospitality dalam pariwisata, maka seluruh produk yang
ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati yang tidak memiliki
nilai untuk dijual (S.Pendit, 2007 : 152). Hospitality dapat juga dikategorikan
sebagai industri, yaitu industri yang menyediakan jasa pelayanan sesuai dengan
kebutuhan wisatawan, biasanya produk yang ditawarkan berupa pelayanan yang
sifatnya membuat wisatwan betah, merasa nyaman dan aman.
Tidak dapat dipungkiri bahwa semua industri
berorientasi pada pertumbuhan dan bersifat ekonomi sentris. Bertumbuhnya
ekonomi dalam industri hospitality
ini sangat bergantung pada loyalitas pelanggan. Manajemen hotel pada umumnya
menginginkan bahwa tamu-tamu yang sudah menginap dihotel diharapkan menjadi
tamu yang loyal, dalam arti jika tamu-tamu tersebut berlibur lagi diwaktu yang
akan datang, akan menginap di hotel itu kembali dan bahkan ikut mengabarkan
kepada tamu lainnya untuk ikut serta menginap di hotel tersebut. Hal ini
bukanlah tugas yang mudah, mengingat perubahan-perubahan dapat terjadi setiap
saat, baik perubahan pada diri tamu seperti selera-selera perubahan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi aspek-aspek psikologi, sosial, dan kultural
pelanggan.
Hospitality Industry ( Industri
Perhotelan ) adalah segala macam bentuk usaha yang berhubungan dengan
penyediaan akomodasi dalam penginapan, makanan serta minuman dan berbagai jenis
jasa lainnya yang saling berhubungan dan bentuk pelayanannya ditujukan untuk
masyarakat, baik yang menggunakan fasilitas penginapan atau yang hanya sekedar
menggunakan jasa atau produksi tertentu dari hotel tersebut.
Adapun beberapa pengertian mengenai
Industri hospitality secara etimologi berasal dari bahasa latin “Hospitare” yang berarti
“menerima tamu”.nAdapun yang dikutip menurut beberapa ahli adalah seperti
berikut :
1. Hospitality is a harmonious mixture of
food, beverage and/or shelter, physical environment and the behavior and
attitude of people (Reuland and Cassee, 1983).
2. Hospitality is the people business of
providing, security, physical and psychological comfort for reward (Lockwood
and Jones, 1984)
3. The hospitality industry consists of
all those businesses that give their customers any combination of the three
core services of food, drink and accommodation, at an appropriate service
level, within a physical and social needs (Litteljohn, 1990)
4. Keramah-tamahan, kesukaan/kesediaan menerima tamu (kamus
Inggris-indonesia, John M.Echols dan Hassan Shadily).
5. Hospitality memiliki arti keramah
tamahan, kesopanan, keakraban, rasa saling menghormati. Jika dikaitkan dengan industri
pariwisata, dapat diibaratkan bahwa hospitality merupakan roh, jiwa, semangat
dari pariwisata. Tanpa adanya hospitality dalam pariwisata, maka seluruh produk
yang ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati yang tidak
memiliki nilai untuk dijual (S.Pendit, 2007 : 152)
6. Sikap bersahabat dan ramah tamah
terhadap tamu atau orang asing, ketulusan/kesediaan menerima tamu.(H. Kodhyat
dan Ramaini, Kamus Pariwisata dan Perhotelan, 1992, Grassindo, Jakarta).
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas dapat dirumuskan beberapa kata kunci berikut
1. Must be some interaction between the
customer and service provider à without the customer, hospitality
cannot be delivered dapat diartikan hospitality adalah interaksi dari penyedia
jasa dan konsumen.
2. Hospitality consists of a complex mix
of tangible and intangible products - food, drink, entertainment and
accommodation hospitality terdiri dari gabungan produk nyata (dapat dirasakan
dengan indera, dilihat, diraba dan sebaganya) dengan produk tidak nyata yaitu
service berupa rasa aman, nyaman, bahagia dan lain-lain.
Hospitality pada umumnya menunjukkan hubungan
antara tamu dengan tuan rumah yang penuh
dengan keramah-tamahan. Banyak juga orang yang mengartikannya sebagai perilaku
atau sikap yang penuh dengan keramhan dalam memberikan pelayanan maupun
perhatian dan kebaikan kepada siapapun yang memerlukan. Bahkan ada juga yang
menekankan bahwa hospitality selalu berkaitan erat dengan pekerjaan di hotel,
restoran, catering dan industry sejenis yang berhubungan erat dengan wisatawan.
Keramahan yang ditunjukkan berkaitan denganm fungsinya, yaitu sebagai tuan
rumah yang baik yang selalu dapat menciptakan suasana yang menjadikan tamu
mendapat kesan yang sangat baik. Kesan ini sedemikian tinggi nilainya karena
dengan begitu para tamunya akan dating kembali secara berkelanjutan.
B. SPIRIT HOSPITALITY
Menurut Lashley dan Morrison (2000), Hospitality
adalah suatu cara untuk memberikan apa yang tamu butuhkan sebagai fokus utama
dalam hubungan antara tuan rumah dan tamu. Karakter hubungan tuan rumah dari
tamu adalah adanya keramahtamahan yang dimulai oleh tuan rumah kepada tamunya
dan kemudian dibalas oleh tamu
Keramahtamahan itu termasuklah
cara penyambutan dan kondisi lingkungan sekitar. Saat seseorang itu sakit, ia
harus menghadapi dua stressor sulit sekaligus, pertama karena sakitnya, kedua
karena mereka harus berada di lingkungan rumah sakit yang baru yang sama sekali.
Pada situasi seperti ini sangat penting sekali adanya “hospitality” dalam rumah
sakit untuk menghilangkan stress pada pasien. Hal ini, dengan kata lain, rumah
sakit harus bisa mengobati penyakit yang dideritanya dan penyakit gangguan
stress psikologis karena berada di lingkungan baru yang tidak dikenalnya.
Hospitality ini diadopsi oleh
rumah sakit dan menjadi salah satu strategi dalam pemasaran rumah sakit.
Strategi ini baru diterapkan beberapa tahun belakangan ini di rumah sakit-rumah
sakit di Asia seperti di Month Elizabeth, Singapura dan Bangkok Hospital,
Thailand Sedangkan Negara-negara Amerika dan Eropa telah menerapkan strategi
ini berpuluh tahun yang lalu. Strategi ini dipilih karena mampu menguatkan
rumah sakit ini di pasar regional dan internasional.
Hospitality ini sangat penting
terutama bagi rumah sakit yang selalu menjadi pusat rujukan, bukan saja rujukan
lokal namun juga internasional. Hal ini sangat penting karena hospitality
terhadap pasien akan sangat mempengaruhi performa dari rumah sakit itu sendiri.
Terkadang ada pasien yang sengaja berangkat ke luar negeri untuk berobat sambil
berwisata. Rumah Sakit sebagai tempat berobat harus bisa menangkap sinyal ini,
bahwa pasien yang berobat tersebut ingin diperlakukan di rumah sakit layaknya
mereka sedang berwisata. Rumah Sakit juga harus siap memberikan pelayanan
setara seperti hotel berbintang dengan tidak mengurangi standar pelayanan
kesehatan yang diberikan. Dengan adanya pelayanan yang berbasis hospitality
ini, maka diharapkan para pasien akan merasakan pengalaman yang menarik selama
perawatan dan akhirnya Rumah sakit tersebut menjadi Rumah Sakit rujukan dan
pilihan bagi para wisatawan.
C. RUANG LINGKUP HOSPITALITY
Dalamperundangan-undangan pelayanan publik ini meliputi pelayanan barang
publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yaitu pendidikan,
pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi,
lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan,
sumber daya alam, pariwisata.
Pelayanan publik
ini mengatur pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan oleh
instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah
yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau
seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang
dipisahkan dan pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha
yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara
dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi misi
Negara.
Pelayanan atas jasa
publik merupakan penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, suatu badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau
kekayaan daerah yang dipisahkan dan pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau
badan usaha yang modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari
kekayaan negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi
ketersediaannya menjadi misi negara
Skala kegiatan
pelayanan publik didasarkan pada ukuran besaran biaya tertentu yang digunakan
dan jaringan yang dimiliki dalam kegiatan pelayanan publik untuk dikategorikan
sebagai penyelenggara pelayanan publik yaitu tindakan administratif pemerintah
yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam
rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda termasuk tindakan administratif oleh instansi nonpemerintah yang
diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta
diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan
D. DEFINISI PELAYANAN
Pelayanan merupakan proses interaksi antara seseorang
yang berupaya memenuhi kebutuhan dengan seseorang yang ingin terpenuhi
kebutuhannya. yaitu antara pelanggan / tamu / klien / nasabah / pasien dan para
petugas / karyawan / pegawai.
Pertama sekali kita harus memahami definisi dari kata
pelayanan itu sendiri. Pelayanan :Suatu
tindakan yang dilakukan guna memenuhi keinginan customer (pelanggan) akan suatu
produk/jasa yang mereka butuhkan, tindakan ini dilakukan untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggan/customer untuk memenuhi apa yang mereka butuhkan
tersebut.
Dibawah ini akan diurai dengan ilustrasi tentang pengertian pelayanan.
Pelayanan dalam bahasa Inggris disebut Service, yang masing
masing huruf dapat diuraikan sebagai berikut :
S Smile for everyone : selalu tersenyum pada
setiap orang.
E Excellence in everything we do : selalu
melakukan yang terbaik dalam bekerja.
R Reaching out to every guest with hospitality: menghadapi
setiap tamu dengan penuh keramahan.
V Viewing every guest as special: melihat setiap tamu
sebagai orang yang istimewa.
I Inviting guest to return : mengundang tamu untuk datang
kembali ke prusahaan kita.
C Creating a warm atmosphere : menciptakan suasana hangat
saat berhadapan dengan tamu
E Eye contact that shows we care : kontak mata dengan tamu
untuk menunjukkan bahwa kita penuh
perhatian terhadap tamu.
Lebih dalam
untuk membantu memahami apa yang dimaksud pelayanan, marilah kita coba kaji dua
difinisi di bawah ini :
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Pelayanan
adalah perihal atau cara melayani, kemudahan yang diberikan sehubungan dengan
jual-beli barang atau jasa.
2. Valarie A. Zeithaml & Mary Jo
Bitner (1996:5)
“…services
are deeds, processes, and performances.”
Jadi
apakah pelayanan itu? Hubungan dengan
tamu dalam transaksi bisnis adalah
hubungan antara pembeli/tamu dengan penjual/pegawai. Pembeli/tamu membeli
perlakuan, kesopansantunan, kehangatan dan persahabatan yang dibutuhkannya dari
orang yang melayaninya. Dengan demikian
kebutuhan berkaitan dengan kepuasan
tamu. Bila kita akan memahami kebutuhan yang ada dalam diri tamu, pertama-tama
kita perlu mempelajari teori A.H. Maslow yang
mengemukakan bahwa setiap individu memiliki tingkat kebutuhan tertentu, dari
yang terendah sampai yang tertinggi, dan
bila salah satu kebutuhan tingkat rendah terpenuhi, maka kebutuhan lain yang
lebih tinggi akan mengikuti untuk dipenuhi. Kebutuhan tersebut sebagai
berikut :
a. Kebutuhan pisiologis, seperti lapar,
haus, sex, udara dll.
b. Kebutuhan rasa aman,
c. Kebutuhan sosial,
d. Kebutuhan harga diri,
e. Kebutuhan perwujudan diri.
Sifat-sifat pelayanan dan sekaligus membedakan
dengan sifat-sifat benda menurut Bitner (1996 : 19-21) adalah sebagai berikut:
G O O D S SERVICES
1.
Tangible 1.
Intangible
2.
Standardised 2.
Heterogeneous.
3.
Production seperate from 3.
Simultaneous production and
consumption consumption
4.
Nonperishable 4.
Perishable.
Dalam buku
lain Zeithaml juga mengemukakan sifat-sifat lain dari pelayanan, yaitu:
1. Mutu pelayanan lebih sukar dinilai
dari pada mutu benda (barang)
2. Pelanggan tidak menilai mutu
pelayanan semata-mata sebagai hasil layanan, mereka juga memperhatikan cara
menyampaikan layanan itu.
3. Satu-satunya kriteria yang
diperhatikan dalam menilai, ditentukan oleh pelanggan, hanya pelangganlah yang
mempertimbangkan mutu pelayanan.
Dimensi Kualitas Pelayanan
Berikut ini akan diuraikan
secara ringkas dari 10 dimensi kualitas pelayanan: reliabilitas, kerelaan
melayani, kompetensi, kemampuan untuk didekati, kesopan santunan, komunikasi,
kemampuan untuk dipercaya, keamanan, pengertian, hal-hal yang dapat dilihat.
1.
Reliabilitas
(Reliability), meliputi prestasi yang
konsisten dan dapat dipertanggungjawabkan (dependability). Hal ini perusahaan
berarti melaksanakan jasa yang betul atau cocok pada kali pertama. Hal ini juga
berarti bahwa perusahaan memenuhi
perjanjian-perjanjian (promises). Secara spesifik hal ini meliputi : -
ketepatan dalam perhitungan tagihan, - mengarsipkan catatan catatan yang benar dan tepat, - melaksanakan jasa tepat
pada waktu yang disetujui.
2.
Kerelaan
Melayani ( Responsiveness), berkait
dengan kerelaan atau kesiapsediaan para karyawan untuk menyediakan jasa. Hal
ini meliputi bertepatan waktu (timeliness0 dari jasa: - mengirim bukti
transaksi segera, -menelepon kembali kepada pelanggan (customer) secepat
mungkin, - memberikan jasa secara cepat dan tepat (yaitu, membuat janjian
secara cepat)
3.
Kompetensi
(Competence), berarti pemilikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk melaksanakan jasa. Hal ini meliputi: - pengetahuan dan
ketrampilan dari tenaga kerja yang berkontak dengan konsumen (contact
personnel), -pengetahuan dan ketrampilan dari tenaga kerja yang mendukung
operasi dari belakang, - kemampuan membuat penelitian tentang organisasi.
4.
Kemampuan
Untuk Didekati (Access), meliputi kemampuan para konsumen untuk mendekati para
karyawan serta kemudahan berkontak. Hal ini berarti : - jasa dapat didekati
dengan mudah lewat telpon (barisan telpon tidak sibuk dan para konsumen tidak
diminta menunggu lama), - lamanya waktu
tunggu untuk menerima pelayanan tidak terlalu lama, - jam kerja atau jam
kantor tidak menyusahkan (convenient), - lokasi fasilitas jasa yang tak
menyusahkan.
5.
Kesopan-santunan
(Courtesy), meliputi kesopan-santunan atau keadaban (politeness), kehormatan
(respect), pertimbangan atau perhatian
orang lain (consideration) dan keramah tamahan (friendliness), dari para
karyawan yang berkontak langsung dengan para konsumen. Hal ini meliputi : -
Penjagaan milik konsumen, - penampilan yang bersih dan rapi dari tenaga kerja
yang berkontak langsung dengan para konsumen.
6.
Komunikasi
(Communication), berarti memberikan informasi kepada para konsumen dalam bahasa
yang dapat dimengerti oleh mereka dan juga mendengarkan mereka. Hal ini mungkin
berarti bahwa perusahaan harus menyesuaikan bahasanya untuk para langganan yang
berbeda – meningkatkan tingkat
kecanggihan bagi langganan yang
berpendidikan tinggi dan bicara secara sederhana dan terus terang kepada orang yang berpengalaman pertama, hal
ini meliputi ; - menjelaskan jasa sendiri, - menjelaskan berapa besarnya biaya
atau harga jasa, - menjelaskan
keseimbangan (trade-offs) antara jasa dan biayanya, - menjaminkan kepada para
konsumen bahwa suatu masalah atau
problem tertentu akan diatasi atau diselesaikan.
7.
Kemampuan
Dipercaya (Credibility), meliputi sifat
dapat atau layak dapat dipercaya (trustworthiness), kemampuan dipercaya secara
intelektual (believebility), dan kejujuran (honesty). Hal yang mendukung pada
kemampuan dipercaya meliputi : - nama perusahaan, - reputasi perusahaan, - ciri
ciri khas atau sifat dari tenaga kerja yang berkontak langsung dengan para
konsumen, - tingkat ketegasan atau keterusterangan yang diliputi dalam
interaksi dengan para langganan.
8.
Keamanan (
Security ), adalah kebebasan dari bahaya, resiko atau keragu-raguan, hal ini
meliputi : - keamanan jasmani atau fisik, - keamanan finansiil, - kerahasiaan
(confidentiality)
9.
Pengertian/mengenai
para langganan (Understanding/knowing the customer), meliputi berusaha mengerti
kebutuhan-kebutuhan para konsumen. Hal ini mencakup: - mempelajari syuarat
syarat (requirements) spesifik dari konsumen, - memberikan perhatian yang
diindividualisasikan (individualized), - mengenal atau menghafalkan nama
langganan yang sring dilayani (regular customer)
10. Hal-hal Yang dapat dilihat
(tangibles), meliputi tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk fisik (physical
evidence) dari jasa ; - fasilitas fasilitas fisik, - penampilan dari tenaga
kerja, - peralatan atau perlengkapan (tools or equipment) yang digunakan untuk
memberi jasa, - lambang lambang atau gambar (representations) fisik dari jasa
seperti kartu kredit yang plastik atau buku rekening bank, - para konsumen lain yang berada pada fasilitas
jasa. (sumber A. Parasuraman, V.A.
Zeithaml, dan L.L Berry)
Sumber Daya Manusia
di Dunia Hospitality
Pemberian pelayanan yang
mengesankan bagi para tamu dapat dihasilkan dari berbagi pengetahuan antar staf
yang berada didalamnya. Diperlukan kepedulian untuk mau memperhatikan setiap
tamu, apa yang menjadi kegemaran dan kebiasaan para tamu. Dunia hospitality
adalah dunia yang penuh dengan detail. Dunia yang membutuhkan ketulusan hati
untuk mau memperhatikan sesama. Pada akhirnya akan menghasilkan surprise atau
kejutan-kejutan manis bagi para tamu. Untuk mendapatkan details yang akurat,
setiap pegawai harus menempatkan diri pada posisi tamu, memberi perhatian dan
mempunyai empati akan kebutuhan tamu.
Perhatikan di
restaurant, pasti ada tamu yang mengambil makanan tetapi tidak dihabiskan.
Padahal makanan yang diambil cukup banyak dan hanya dimakan sedikit kemudian
ditinggalkan dan ia mengambil lagi yang lain. Parahnya waitress (pelayan) hanya
mengambil makanan tersebut karena ia berpikir bahwa itu tugasnya. Jarang sekali
yang mau menanyakan mengapa si tamu tidak menghabiskan makanannya.
Apakah terlalu asin,
terlalu manis atau makanan itu tidak seenak yang dibayangkan. Semua perlu
komunikasi, semua perlu dikomunikasikan sehingga mendapatkan masukan yang
berarti bagi perbaikan pelayanan. Jika perlu ada mengganti makanan tsb seperti
yang diinginkan oleh tamu, tanpa diminta! Kepekaan sumber daya manusia yang
berkualitas akan menghasilkan service yang akan selalu dikenang.
Perlu adanya komitmen
dari pihak hotel untuk mencari tahu dan berbagi informasi yang akurat mengenai
para tamu. Informasi-informasi yang didapat tersebut akan menjadi dasar bagi
pelayanan kepada setiap individu yang hadir, yang pada akhirnya akan membuat
kenangan yang indah. Kenangan yang berkesan ini yang nantinya diharapkan akan
diceritakan kepada teman atau anggota keluarga yang lain. Secara tidak langsung
para tamu telah melakukan promosi bagi hotel. Ingat keampuhan worth of
mouth yang secara tidak langsung akan mengurangi biaya marketing.
Selain ramah dan suka
menolong yang merupakan modal dasar bagi pekerja perhotelan, mereka juga harus
mempunyai moto dalam bekerja “I am Here for You”. Seperti orang tua yang
mendengarkan keluhan anaknya, ia ada untuk menyelesaikan permasalahan itu tanpa
harus meminta orang lain untuk membereskan atau menyalahkan orang lain untuk
peristiwa tersebut! Yang terjadi di kebanyakan hotel adalah jika kita
melaporkan kerusakan si penerima telephon akan mengatakan, “ saya akan
memberitahu manager.” Manager datang ke lokasi kerusakan, ia memanggil tenaga
ahli… Terlalu banyak prosedur yang harus dilalui sehingga memakan waktu yang
tidak sebentar. Potong rantai prosedur tersebut hingga tamu tidak harus
menunggu lama. Selain penguasaan bahasa
asing yang masih minim, sumber daya manusia dalam bidang perhotelan juga kurang
disiplin, ketepatan dan ketelitian dalam bekerja. Setiap pegawai perhotelan
harus menyadari bahwa service bukan hanya memenuhi apa yang diinginkan oleh
tamu tapi juga memperhatikan dan mengantisipasi apa yang menjadi kebutuhan
setiap tamu.
Setiap manusia akan
merasa sangat dihargai jika sesamanya mau berusaha untuk memberi perhatian
kepada kebutuhan mereka, terutama jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi
dan mengetahui bahwa itu bukan tanggungjawabnya tapi tetap saja mau membantu!
Akan sangat mengagumkan dan berharga jika kita melakukan hal yang benar tanpa
diminta. Hal kecil ini yang harus dimiliki oleh setiap pegawai hotel.
BAB III
BIRO PERJALANAN WISATA DAN TRAVEL AGENT
A. BIRO PERJALANAN WISATA
1.
Definisi
Perjalanan Wisata
Perjalanan
wisata atau lazim disebut tour tatap merupakan suatu
perjalanan yang memiliki ciri-ciri suatu perjalanan, tetapi perjalanan wisata mempunyai
ciri-ciri khas yang memperlihatkan warna kegiatan wisata. Pengertian perjalanan
wisata dapat didefinisikan dari dua sudut pandang, yaitu sebagai berikut
:
1. Tour sebagai suatu Produk adalah
suatu rencana perjalanan menuju satu atau beberapa tempat persinggahan dan
kembali ke tempat asal dengan merangkai beberapa komponen perjalanan yang
diperlukan dalam perjalanan tersebut.
2. Tour sebagai suatu
perjalanan adalah suatu kegiatan perjalanan yang
memunyai cirri-ciri tersendiri yang memberikan
warna wisata yang bersifat santai, gembira,
dan untuk bersenang-senang. Hal inilah yang membedakan
dengan perjalanan lainnya.
Undang-undang RI No. 9
th. 1990 tentang Kepariwisataan memberikan beberapa
pengertian yang dapat membantu memperjelas istilah perjalanan wisata. Di dalam
UU ini pada Bab.I pasal 1 terdapat
beberapa pengertian tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan perjalanan wisata, yaitu sebagai berikut;
1. Wisata adalah perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela
serta bersifat sementara untuk menikmati
obyek dan daya tarik wisata.
2. Wisatawan adalah orang yang
melakukan kegiatan wisata
3. Pariwisata adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan
daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut.
4. Kepariwisataan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata
Memperhatikan uraian
UU tersebut dapat dilihat dengan jelas
perbedaan antara perjalanan biasa (travel) dengan
perjalanan wisata (tour). Perbedaan tersebut terletak
pada kunjungan di obyek wisata dan daya tarik wisata. Secara umum ciri utama
dari suatu perjalanan adalah sebagai berikut :
1. perjalanannya merupakan suatu
perjalanan keliling dan kembali ke tempat asal
2. perjalanannya diadakan dalam keadaan
santai
3. mempunyai tujuan untuk memberikan
kepuasan kepada peserta perjalanan
4. perjalanannya dirangkai dari
beberapa komponen perjalanan yang diperlukan dalam pencapaian tujuan dari
perjalanan
5. perjalanannya dilengkapi dengan
mengunjungi obyek/atraksi wisata
6. perjalanannya tidak
mempunyai tujuan untuk mencari nafkah bagi
peserta perjalanan
7. belanja orang yang mengadakan
perjalanan berasal dari uang yang diperoleh di tempat asal peserta
perjalanan
8. peserta perjalanan tinggal untuk
sementara ditempat tujuan perjalanan
9. perjalanannya dilaksanakan dalam
waktu yang ditentukan
Dalam bisnis perjalanan dikenal
bebarapa istilah yang mempunyai arti yang sama dengan tour yaitu:
1.
Sightseeing
yaitu perjalanan keliling yang dilakukan secara singkat (3-4 jam)
2.
Excursion
yaitu perjalanan yang dilaksanakan kurang dari 24 jam
3.
Paket
wisata yaitu perjalanan yang dilaksanakan
lebih dari 24 jam sehingga peserta perjalanan
memerlukan jasa akomodasi.
Perjalanan
wisata yang dilakukan oleh wisatawan di pengaruhi oleh motivasi, profil
wisatawan dan kebutuhan wisatawan akan perjalanan wisata.
Motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan biasanya di latar belakangi oleh
:
1. Motivasi fisik
2. Motivasi budaya
3. Motivasi interpersonal
4. Motivasi status dan prestige
Profil wisatawan yang mempengaruhi dalam pilihan perjalanan wisata adalah:
1. Fisik/kuantitatif : demografi, ekonomi, sosial
2. Phsycographic :
a. Confident atau devident b. Berkumpul atau menyendiri
c. Tegang atau relaks
d. Petualangan atau tidak petualangan
3. Sikap atau pandangan
4. consistency lawan complexity
2. Cirri –ciri Perjalanan Wisata
perjalanan
wisata adalah suatu perjalanan dengan ciri-ciri tertentu sebagai berikut :
a. Perjalanan
keliling yang kembali lagi ke tempat asalnya.
b. Pelaku
perjalanan hanya tinggal untuk sementara.
c. Perjalanan
tersebut telah direncanakan terlebih dahulu.
d. Ada organisasi
atau orang yang mengatur perjalanan tersebut.
e. Terdapat
unsur-unsur produk wisata.
f. Ada tujuan yang
ingi dicapain dalam perjalanan wisata tersebut.
g. Dilakukan
dengan santai (M.kasrul hal. 6)
3.
Klasfikasi
Perjalanan Wisata
Berdasarkan ruang lingkup kegiatan
perjalanan, maka perjalanan wisata ( tour ) dapat dibagi dalam beberapa
kelompok, diantaranya adalah :
·
Domestik
tour
·
Inbound
tour
·
Outbound
tour
1. Domestik tour
Domestik tour dapat diartikan sebagai
perjalanan wisata dengan ruang lingkup masih di dalam suatu negara yang sama
(contoh : perjalanan wista yang dilakukan dari Balikpapan ke Bali ). Jika
dievaluasi secara global maka bentuk perjalanan ini tidak banyak membawa dampak
kepada Negara yang bersangkutan karena perjalanan tersebut bersifat lokal atau
masih berada di dalam Negara itu
sendiri.
2. Inbound tour
Inbound tour adalah
kegiatan perjalanan wisata dimana
dilakukan oleh wisatawan asing yang datang mengunjungi Indonesia (contoh
: perjalanan wisata yang dilakukan oleh seorang wisatawan asal Belanda ke
Indonesia).
Adapun dampak dari inbound tour adalah sebagai berikut :
1. Dampak positif :
-
Penerimaan
devisa Negara
-
Pembukaan
lapangan pekerjaan di Negara yang dikunjungi
-
Mendorong
investor untuk berinvestasi
-
Meningkatkan
popularitas dari keberadaan daerah tujuan wisata
-
Pertukaran
budaya antar bangsa
-
Tumbuh
kesadaran akan pentingnya memelihara budaya bangsa.
-
2. Dampak negatif :
-
Terjadinya
inflasi
-
Menurunkan
hasil produksi pertanian
-
Menurunnya
peran tempat ibadah karena dijadikan obyek kunjungan wisata
-
Terjadinya
degradasi moral
-
Komersialisasi
budaya maupun adat
-
Pelanggaran
keimigrasian
3. Outbound tour
Outbound tour adalah
suatu perjalanan wisata yang dilakukan wisatawan asal Indonesia yang melakukan
perjalanan ke luar negri ( contoh : perjalanan wisata yang dilakukan oleh
wisatawan Indonesia ke Singapura ).
Adapun dampak yang
ditimbulkan outbound tour adalah :
1. Dampak positif :
·
Menciptakan
lapakan kerja
·
Meningkatkan
wawasan tentang budaya dan adat bangsa – bangsa di dunia
·
Menumbuhkan
toleransi
·
Terjalinnya
pertukaran budaya antar bangsa
2. Dampat negatif :
· Mengurangi devisa Negara
· Mengurangi rasa nasionalisme ( bagi
kalangan tertentu )
· Terjadinya degradasi moral
· Perubahan gaya hidup yang
bertentangan dengan budaya lokal.
4.
Definisi
Biro Perjalanan Wisata
Biro perjalanan
wisata adalah “Suatu perusahaan yang usaha kegiatannya merencanakan dan
menyelenggarakan perjalanan orang – orang untuk tujuan mengambil keuntungan
dari penyelenggaraan perjalanan tersebut”.
Nyoman S. Pendit memberikan
pengertian bahwa BPW adalah perusahaan yang memiliki tujuan untuk menyiapkan
suatu perjalanan bagi seseorang yang merencanakan untuk mengadakannya.
R.
S. Damardjati menjelaskan bahwa BPW adalah perusahaan yang khusus mengatur dan
menyelenggarakan perjalanan dan persinggahan orang – orang termasuk kelengkapan
perjalannannya, dari suatu tempat ke tempat lain, baik di dalam negri, dari
dalam negri, ke luar negri atau dalam negri itu sendiri.
Menurut undang – undang No. 9 Th.
1990 bagian kedua pasal 12, disebutkan bahwa BPW merupakan usaha penyedia jasa
perencanaan dan / atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata.
Biro Perjalanan Wisata adalah merupakan elemen yang
penting dalam proses pelayanan terhadap wisatawan. Sebagian besar wisatawan
menggunakan jasa Biro Perjalanan Wisata (Yoeti, 2002).
Peranan Biro Perjalanan Wisata (BPW) adalah sebagai
salah satu jembatan bagi wisatawan untuk dapat menikmati obyek wisata pada
suatu daerah tujuan wisata. Hal ini ditegaskan oleh McIntosh dan Goeldner
(1986) bahwa BPW berperan sebagai jembatan yang sangat penting antar penyedia
jasa utama produk pariwisata, seperti halnya terhadap jasa angkutan dengan para
konsumennya. Sebagai jembatan penghubung (Cooper, et al, 1993) menyebutnya
sebagai intermediary karena fungsinya untuk mempertemukan pembeli dan
penjual secara bersama, juga untuk menciptakan pasar yang sebelumnya tidak ada,
untuk membuat kegiatan yang telah ada menjadi lebih efektif dan efesien, dan
juga untuk memperluas pemasaran itu sendiri.
Produk pokok Biro Perjalanan Wisata adalah
transportasi, akomodasi, dan paket perjalanan (package tour), yang lebih
pokok lagi adalah menjual tiket pesawat (Foster, 1994).
Berdasarkan uraian dari beberapa sumber
diatas penulis merumuskan devinisi yaitu biro perjalanan wisata sendiri adalah
perusahaan ataupun badan usaha yang memberikan pelayanan jasa lengkap terhadap
seseorang ataupun kelompok orang yang ingin melakukan perjalanan baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Pelayanan ini meliputi transportasi dan akomodasi
lainnya selama perjalanan maupun ditempat tujuan.
5.
Ruang
Lingkup Biro Perjalanan Wisata
Menjadi
perantara pemesanan pemesanan tiket2. Mengurus dokumen perjalanan3. Menjadi
perantara pemesanan akomodasi, restaurant, sarana wisata dll4. Menjual paket
wisata yang di buat oleh biro perjalanan umum
6.
Lagkah-
langkah Mendirikan Biro Perjalanan Wisata
a.
Mempunyai
badan hukum yang melindungi biro usaha tersebut. Badan Hukum tersebut berupa PT
(perseroan terbatas).
b.
Setelah
kita memilki badan hukum untuk biro perjalanan kita, kita harus melakukan
pengajuan izin usaha biro perjalanan yang akan kita buat kepada pemerintah
setempat dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
c.
Setelah
izin dari pemerintah sudah kita kantongi, kita juga perlu mengajukan izin untuk
bergabung ke dalam ASITA yaitu Asosiasi biro perjalanan wisata seluruh Indonesia.
ASITA ini mempunyai perwakilan di masing-masing daerah dan kita bias mendaftar
di daerah tempat kita akan mendirikan biro perjalanan wisata tersebut.
7.
Pihak-
pihak yang Terkait Biro Perjalana Wisata.
Setelah berhasil membuat biro
perjalanan wisata, ada pihak-pihak yang harus di ajak bekerjasama agar biro perjalanan wisata tersebut berjalan
dengan baik. Di antara pihak-pihak tersebut antara lain :
1. Maskapai penerbangan baik penerbangan domestik maupun luar negeri.
2. Hotel
ataupun penginapan baik di dalam maupun di luar negeri.
3. Penyedia
layanan transportasi darat
5. Pemandu
wisata
6. Perusahaan-perusahaan maupun instansi-instansi yang mengurus
dokumen perjalanan
7. Pimpinan
rombongan untuk setiap perjalanan wisata
8. Porter
yang bertugas memindahkan barang milik peserta dari tempat yang satu ke tempat
yang lain
9. Penyedia
cinderamata ataupun oleh-oleh.
Setelah semua hal yang terkait
dengan biro perjalanan wisata di siapkan, maka sudah bisa memulai menjalankan
biro perjalanan wisata ini. Perbanyaklah promosi agar semakin banyak orang yang mengetahui dan
memakai biro perjalanan wisata kita. (Editor : N. Raymond Frans)
B.
TRAVEL
AGENT
1. Definisi Trevel Agent
Menjual tiket atau karcis
,sarana angkutan dan lain-lain. Mengadakan pemesnan sarana wisata . Mengurus
dokumen –dokumen perjalanan sesuai peraturan.
2. Fungsi
Travel Agent
1.
Fungsi
umum
ü
Merupakan badan usaha yang
memberikan penerangan atau informasi tantang segala sesuatau yang berhubungan
dengan dunia perjalanan pada umumnya dan perjalanan wisata khususnya.
2.
Fungsi khusus
ü“Broker” -> bertindak atas nama
perusahaan lain dan menjual jasa - jasa perusahaan yang diwakilinya.
üMerencanakan dan menyelenggarakan
tours dengan tanggung jawab dan resikonya sendiri.
üPengorganisasian -> Aktif
melakukan kerjasama dengan perusahaan lain.
Fungsi sebagai Perantara
Tugas Travel Agent
Di daerah tujuan wisata
·
Memberi informasi tentang hotel
:lokasi, kategori, kamar yang tersedia,room – rate dan makanan dan minuman.
·
Membantu
reservasi hotel.
·
Menyediakan
transportasi.
·
Mengatur
perencanaan tour yang akan diselenggarakan serta mengunjungi objek dan atrksi
wisata.
·
Menjual tiket.
·
Membantu
mengirim barang – barang souvenir.
Peranan Perantara
Perantara menjual produk atau jasa
yang penjualnya banyak persaingan.
Perantara mengkonsentrasi dirinya dengan menawarkan jasanya
secara cepat dan mudah .
Perantara menyediakan jasa – jasa yang diingikan oleh
langganannya.
Perantara memperhatikan kegiatan promosi.
Fungsi sebagai Perantara
Tugas Travel Agent:
Di negara asal wisatawan
ü Melengkapi
bermacam – macam informasi bagi calon wisatawan: daerah, pengurusan dokumen
perjalanan, peraturan laulintas, pakaian dan perlengkapan yang harus dibawa.
ü Memberi
Advis : sesuai dengan waktu dan keuangan yang tersedia, daerah tujuan yang
baik, kendaraan yang digunakan serta akomodasi.
ü Menyediakan
tiket langganan dalam macam – macam bentuk transportasi yang diinginkan dan
mengurus barang yang dibawa.
ü Memilih
perusahaan akomodasi dan hotel yang baik.
Fungsi sebagai perantara
Tempat dimana dapat memperoleh informasi mengenai sesuatu di
daerah tempat tujuan wisata.
Tempat dimana dapat minta bantuan untuk menguruskan dokumen
perjalanan atau perpanjanganya.
Tempat dimana dapat membeli tiket atau memesan tempat pada
perusahaan pengangkutan atau kamar hotel.
Tempat dimana wisatawan dapat memesan angkutan wisata,
taxi, motor.
Tempat dimana wisatawan dapat membeli paket wisata.
Tempat dimana wisatawan minta bantuan tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan perjalanan.
Fungsi sebagai organizer
Penghubung antara perusahaan industri pariwisata dan
wisatawan
Contoh kewajiban- kewajiban travel agent:
Memberikan data informasi yang diperlukan secara lengkap dan
terperinci berhubungan dengan pemesanan kamar yang diminta.
Tidak boleh memberikan harga kepada kliennya lebih dari
tariff yang berlaku.
Tidak boleh sekaligus mengikat kontrak pemesanan kamar bagi
seorang kliennya untuk waktu – waktu yang bersamaan.
3. Tugas Tavel Agent
a. Di
negara asal wisatawan
Ø Melengkapi
bermacam-macam informasi bagi calon wisatawan : daerah, pengurusan dokumen
perjalanan, peraturan lalu lintas, pakaian dan perlengkapan yang harus dibawa.
Ø Memberi advis :
sesuai waktu dan keuangan yang tersedia, daerah tujuan yang baik,kendaraan yang
digunakan dan akomodasi.
Ø Menyediakan tiket
langganan dalam macam-macam bentuk transportasi yang diinginkan dan mengurus
barang yang akan dibawa.
Ø Memilih perusahaan
akomodasi atau hotel yang baik
b. Di
daerah tujuan wisata
Ø
Memberi
informasi tentang hotel : lokasi, kategori, kamar yang tersedia, room rate,
makanan dan minuman.
Ø
Membantu
reservasi hotel
Ø
Menyediakan
transportasi
Ø
Merencanakan
perencanaan tour yang akan diselenggarakan serta mengunjungi objek wisata dan
atraksi wisata.
Ø
Menjual
tiket
Ø
Membantu
mengirim barang-barang
a.
Tempat
dimana dapat memperoleh informasi mengenai sesuatu di daerah tujuan wisata
b.
Tempat
dimana dapat meminta bantuan untuk mengurus dokumen perjalanan atau
perpanjangannya
c.
Tmpat
dimana dapat memesan tiket atau memesan tempat pada perusahaan pengangkutan
atau kamar hotel
d.
Tempat
dimana wisatawan dapat memesan angkutan wisata, taxi, motor.
e.
Tempat
dimana wisatawan dapat membeli paket wisata
f.
Tempat
dimana wisatawan meminta bantuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengen
perjalanan.
4.
PERBEDAAN
BPW DAN TRAVEL AGENT
Faktor Fungsi
Biro Perjalanan Wisata memiliki
fungsi yang dapat dibedakan menjadi dua fungsi yaitu :
1.Fungsi Umum : Dalam hal ini biro
perjalanan wisata merupakan suatu badan usaha yang dapat memberikan penerangan
atau informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia perjalanan
pada umumnya dan perjalanan wisata pada khususnya.
2. Fungsi khusus:
·
Biro
perjalanan wisata sebagai perantara. Dalam kegiatannya ia bertindak atas nama
perusahaan lain dan menjual jasa-jasa perusahaan yang diwakilinya. Karena itu
ia bertindak di antara wisatawan dan industri wisata.
·
Biro
perjalanan wisata sebagai badan usaha yang merencanakan dan menyelenggarakan
tour dengan tanggung jawab dan resikonya sendiri.
·
Biro
perjalanan wisata sebagai pengorganisasi yaitu dalam menggiatkan usaha, BPW
aktif menjalin kerjasama dengan perusahaan lain baik dalam dan luar negeri. Fasilitas
yang dimiliki di manfaatkan sebagai dagangannya.
Agen Perjalanan Wisata memiliki dua
fungsi yaitu :
A. Sebagai Perantara
·
Di
daerah asal wisatawan
1. Melengkapai informasi bagi wisatawan
2. Memberikan advis bagi calon
wisatawan
3. Menyediakan tiket
·
Di
daerah tujuan
1. Memberi informasi bagi wisatawan.
2. Membantu reservasi
3. Menyediakan transportasi
4. Mengatur perencanaan
5. Menjual dan memesan tiket tanda mas
B. Sebagai organisator.
Karena travel agent sebagai
perantara, maka ia berada di tengah-tengah industri pariwisata, maka perlu ada
kontrak yang dibuat terlebih dulu. Selain itu itu harus ada perjanjian khusus
yang mengatur hubungan kerja sehingga jelas tugas, kewajiban dan hak
masing-masing pihak
Faktor Resiko : Biro Perjalanan
Wisata memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan Agen perjalanan
Wisata. Hal ini disebabkan karena BPW mengeluarkan produknya berupa “Janji Jasa
Perjalanan Wisata” yang dijual dalam bentuk “Brosur Paket Wisata” dan BPW harus
bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan produk yang dikeluarkannya. BPW harus
menjamin bahwa wisatawan akan menikmati perjalanannya seperti yang tertulis
dalam Brosur Paket Wisata yang dikeluarkan BPW.
Agen Perjalanan Wisata tidak
memiliki tanggung jawab atas produk yang dijualnya. Hal ini dikarenakan APW
hanya sebagai perantara perusahaan produk kepada konsumen atau pelanggan dan
apabila pelanggan tidak puas, mereka harus komplain kepada pemilik produk
(misalnya Hotel atau Maskapai Penerbangan).
Pengertian, Ruang Lingkup dan
FungsiBiro Perjalanan Umum
A. Pengertan Biro Perjalanan
Biro perjalanan adalah:Kegiatan
usaha yang bersifat komersial yang mengatur, dan menyediakan pelayanan bagi
seseorang,sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama berwisata.Biro
perjalanan umum adalah:Badan usaha yang menyelenggarakan kegiatan perjalanan
usaha di dalam dan ke luar negeri.Cabang biro perjalanan umum adalah:Salah satu
unit Biro Perjalanan Umum, yang berkududukan sama dengan kantor pusatnya atau
diwilayah lain, yang melakukan kegiatan sama dengan kantor pusatnya.Agen
perjalanan adalah:Badan usaha yang menyelenggarakan usaha perjalanan yang
bertindak sebagai perantara dalammenjual atau mengurus jasa untuk melakukan
perjalanan.Perwakilan adalah:Biro perjalanan umum, agen perjalanan, badan usaha
lainnya atau perorangan, yang di tunjuk olehsuatu biro perjalanan umum yang
berkedudukan di wilayah lain untuk melakukan kegiatan yangdiwakilkan, baik
secara tetap maupun sementara.Biro Perjalanan Wisata (BPW) dan Asosiasi
Perjalanan Wisata (APW) berada dibawah naunganASITA (Association of The
Indonesian Tours and Travel Agencies).
B. Ruang lingkup Biro Perjalanan
Umum
Ruang lingkupnya kegiatan usahanya
adalah:1. Membuat, menjual dan menyelenggarakan paket wisata.2. Mengurus jasa
angkutan perorangan atau kelompok yang di urusnya.3. Melayani pemesanan
akomodasi, restaurant dan sarana wisata lainnya.4. Mengurus dokumen
perjalanan5. Menyelenggarakan panduan perjalanan perjalanan wisata.6. Melayani
penyelenggaraan konvensi.
C. Fungsi Biro Perjalanan Umum
Fungsi Biro Perjalanan Umum di
bedakan dua fungsi yaitu:1. Fungsi UmumDalam hal ini biro perjalanan merupakan
suatu badan usaha yang dapat memberikan penerangan atau informasi tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia perjalanan padaumumnya dan perjalanan
wisata pada khususnya.2. Fungsi khusus:a. Biro perjalanan sebagai perantara.
Dalam kegiatannya ia bertindak atas nama perusahaan laindan menjual jasa-jasa
perusahaan yang diwakilinya. Karena itu ia bertindak di antara wisatawan
danindustri wisata. b. Biro perjalanan sebagai badan usaha yang
merencanakan dan menyelenggarakan tour dengantanggung jawab dan resikonya
sendiri.c. Biro perjalanan sebagai pengorganisasi yaitu dalam menggiatkan usaha
ia aktif menjalinkerjasama dengan perusahaan lain baik dalam dan luar negeri.
Fasilitas yang dimiliki di manfaatkansebagai dagangannya.
BAB
IV
RESTORAN
A. SEJARAH RESTORAN
Asal-usul
penggunaan nama restaurant bisa ditelurusi ke abad ke-16, ketika istilah ini
pertama kali ditemukan di Prancis. sampai zaman Romawi Kuno kuno (abad
ke-2). Berasal dari kata Prancis restaurer atau restore yang artinya
pembangkitkan tenaga. Spesifiknya istilah ini dipakai untuk sajian sup yang
sarat kaldu.
Cerita tersebut sungguh berbeda dengan arti kata
restaurant yang berkembang pada akhir abad ke-18. Di masa ini, resto diartikan
sebagai ruang kecil di sebuah pondokan (tavern), tempat para pelancong mengisi
perut. Makanan yang disajikan merupakan hidangan sederhana dengan bahan baku
dari sekitar pondokan.
Terobosan konsep terjadi sekitar tahun 1782, ketika
restoran yang terletak di Rue De Richelieu, Paris, menulis daftar makanan dalam
menu. Makanan kemudian disajikan dalam porsi personal dan setiap tamu dilayani
satu per satu. Menu yang dikeluarkan pun tidak sekaligus, melainkan bertahap.
Perkembangan pesat terjadi justru karena Revolusi Prancis.
Waktu itu berbagai guild —semacam serikat para tukang dan perajin yang mengatur
perizinan kerja dan usaha— dibubarkan, memudahkan orang untuk membuka
restoran.
Peluang ini ditangkap oleh para pelayan dan koki kaum
bangsawan yang kehilangan majikannya yang dipancung atau melarikan diri. Untuk
menghidupi diri, mereka membuka restoran sendiri. Perkembangan restoran pun
didukung oleh urbanisasi dan munculnya kelas menengah yang terdiri dari para
profesional dan orang bisnis.
Kini restoran berkembang menjadi dua jenis, yakni
restoran kasual yang menyajikan makanan sehari-hari untuk para pekerja yang tak
sempat pulang ke rumah untuk makan. Dan, fine dining yaitu restoran dengan
tampilan eksklusif dan makanan yang disajikan lebih artistik menggunakan
peralatan makan mewah.
Jenis restoran kasual di dunia termasuk di
Prancis sendiri banyak dipengaruhi oleh gaya hidup Amerika. Contohnya,
cafetaria (kantin di perkantoran atau sekolah), rest-stop restaurant (resto di
pinggir jalan tol), fast food restaurant (resto
cepat saji), hingga bistro (resto kecil yang punya bar dan memberi pelayanan
cepat).
Restoran telah memiliki sejarah yang cukup panjang.
Menurut situs inventors.about.com, restoran pertama kali hadir ke dunia pada
tahun 1765. A Boulanger adalah nama restoran pertama di dunia itu. Restoran ini
berdiri di kota Paris. Dengan berdirinya restoran ini, Paris menjadi memiliki
sejarah penting bagi kelahiran restoran dan bisnis kuliner di dunia. Jangan
dibayangkan A Boulanger sudah seperti restoran zaman sekarang. Tidak banyak
menu yang disajikan di restoran ini. A Boulanger tidak memiliki daftar menu
seperti layaknya restoran di masa kini. Dia hanyalah menyediakan menu tunggal
berupa sup. Tapi dari sinilah bisnis restoran mulai berkembang dan banyak menu
lain yang kemudian dijadikan komoditas usaha kuliner tersebut.
Setelah bisnis restoran dimulai di Paris,
berikutnya muncul kafetarian pertama di dunia yang dipercaya hadir di Kansas
City. Kafetarian ini bernama YWCA dan berdiri tahun 1891. Kafetaria ini
dianggap sebagai konsep varian dari restoran. Ruangan yang disediakan kafetaria
lebih sederhana dibanding restoran, dan menunya pun lebih banyak berupa makanan
ringan. Dari sinilah kemudian bisnis restoran berkembang dalam berbagai konsep
hingga saat ini. Ada restoran tradisional, restoran cepat saji, kafe, dan sebagainya.
Saat ini, restoran telah menjadi bisnis besar yang menghadirkan banyak
pengusaha terkemuka. Tak hanya menjalankan bisnis konvensional, restoran juga
kemudian berkembang menjadi waralaba yang mendunia.
B. DEFINISI RESTORAN
Menurut Sulartiningrum (2003 :
77) : “Restoran adalah suatu tempat yang identik dengan jajaran meja - meja
yang tersusun rapi, dengan kehadiran orang, timbulnya aroma semerbak dari dapur
dan pelayanan pramusaji, berdentingnya bunyi-bunyian kecil karena persentuhan
gelas-gelas kaca, porselin, menyebabkan suasana hidup di dalamnya”.
Pendapat lain menyatakan :
“Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang di kelola secara komersial,
yang menyelenggarakan pelayanan yang baik kepada semua tamunya baik berupa
makanan maupun minuman”.(Marsum, 2005 : 7)
Menurut Arief (2005 : 31) bahwa :
”Restoran adalah suatu industri yang tak terbatas, yaitu industri yang melayani
makanan dan minuman kepada semua
orang yang jauh dari rumahnya, maupun dekat dari
rumahnya.”Richard C. Ireland dalam bukunya The Profressional Waitress,
Industri Penyajian Makanan dan Minuman
adalah suatu industri “People to people” yaitu industri yang berhubungan
dengan manusia, suatu industri yang melayani kebutuhan orang lain yang jauh
dari rumah atau kantor.
Dari pengertian-pengertian di
atas, dapat dinyatakan bahwa restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang
dikelola secara komersil yang menyediakan pelayanan yang baik kepada tamu, baik
berupa pelayanan makanan atau minuman dengan fasilitas yang memadai,
menyebabkan suasana hidup di dalamnya.
Coffee House yang pertama
didirikan pada tahun 1763 oleh Boulanger dengan nama Restoratives.
Perkembangan Income saat ini bagi usaha restaurant dikarenakan :
1. Makin
banyaknya suami-istri yang bekerja.
2. Makin
baiknya pendapatan sehingga makin besar keinginan untuk mendapatkan variasi
makanan.
3. Keadaan
perumahan yang semakin sempit, sehingga mendorong mereka lebih baik makan di
luar rumah atau abudement makanan
( bayar sebulan sekali )
C. BAGIAN- BAGIAN RESTORAN
Standar operational procedur
(SOP) atau prosedur pelaksanaan dasar merupakan suatu ketetapan yang terstandar
untuk mempertahankan kualitas dan hasil pekerjaan. Dampak SOP dalam Food
& Beverage Departement merupkan suatu hal yang sangat memudahkan
pekerjaan karyawan dan menciptakan suasana yang membuat para tamu menjadi
nyaman dan mendapatkan apapun yang diinginkan. SOP general service yang
harus dilakukan oleh bagian service adalah :
1. Greeting
the guest : Tamu memasuki restoran disambut dengan
ramah oleh hostess restaurant atau restaurant receptionist.
2. Escuting
and Sitting the guest : Tamu diantar pada meja yang telah
dipesan atau disukai, atau sama sekali belum memesan tempat kemudian membantu
menarik kursi ketika akan duduk.
3. Pouring
ice water : Waitres menuangkan air es ke goblet
glass dari sebelah kanan, waitres yang lain membantu membuka dan
meletakkan napkin dipangkuan tamu.
4. Serving
bread and butter : Sajikan roti dan mentega sebagai makanan
pendamping.
5. Presenting
the menu/taking order : Captain memberikan daftar menu
dari sisi kiri tamu, sambil membantu tamu jika mengalami kesulitan terhadap
menu yang ditawarkan. Sambil menawarkan menu captain waiter mencatat
pesanan tamu (take order) dan diberikan pada waitres selanjutnya
order diserahkan pada bagian terkait.
6. Presenting
the wine list : Sambil menunggu hidangan disajikan bagian sommelier
menawarkan wine sebagai minuman pengiring hidangan.
7. Adjustment : Waiter
malakukan clear up atau mengganti peralatan
makan dan disesuikan dengan menu yang dipesan oleh tamu.
8. Serving
the food : Menyajikan hidangan menu sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan.
9. Clear
up : Clear up adalah proses mengambil peralatan yang
kotor setelah tamu selesai makan. Pada saat hidangan dessert akan
dikeluarkan waiter mengambil peralatan yang tidak digunakan lagi seperti
ashtray, B&B plate, wine glass.
10. Crumbing
down : Crumbing down adalah proses membersihkan meja
makan dari kotoran setelah proses clear up dilakukan. Menggunakan napkin
dan piring.
11. Presenting
coffee or tea : Setelah hidangan dessert selesai
disantap captain waiter menawarkan tea or coffee dan bagian sommelier
menawarkan minuman setelah selesai makan (after meal drink).
12. Presenting
the bill : Sebelum memberikan bill captain waiter menanyakan
komentar tamu mengenai pelayanan, citarasa hidangan dan minuman sebagai tolak
ukur mengembangan dan perbaikan dimasa depan yang disesuaikan dengan keinginan
pelanggan. Kemudian captain waiter memberikan tagihan (bill)
menggunakan check tray atau bill order.
13. Table
setting : Begitu tamu meninggalkan maja makan maka waiter
segera melakukan table settingkembali agar meja dapat dipakai
kembali jika ada tamu.
D. MACAM –MACAM TABLE CERVICE
1. Table Service
Yaitu cara penyajian makanan dengan meja, adalah merupakan
jenis pelayanan yang tertua dan umum dipergunakan di restaurant. Table service
ini banyak ragamnya, mulai dari formal service, semi formal dan non formal
service yang pelayanannya cepat.
2. Counter Servic
Merupakan service informal seperti Coffee Shop, Snack Bar,
Foutain Bar dsb.
3. Tray Service
Merupakan service informal, misalnya kita dapatkan pada
Airline, Hospital, Cafetaria dsb.
4. Self Service
Yaitu service yang biasanya dilakukan di daerah-daerah
ramai, dimana tamu mengambil hidangan sendiri, dan hidangan dihidangkan di atas
counter serta tamu membayar hidangan yang diambil pada cashier. Umumnya
hidangan diberi harga menurut apa yang diambil oleh tamu.
1.
Klasfikasi
restoran
Menurut
Soekresno ( 2000 ), dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajian, restoran
dapat diklasifikasikan menjadi 3 ( tiga ) yaitu :
1. Restoran Formal
Pengertian restoran formal adalah
industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan
professional dengan pelayanan yang eksklusif. Contoh : member restoran,
Gourmet, Main dining room, Grilled Restoran, exsekutive restoran dan
sebagainya.
Ciri – ciri restoran formal :
·
Penerimaan
pelanggan dengan sistim pemesanan tempat terlebih dahulu
·
Para
pelanggan terikat menggunakan pakaian resmi
·
Menu
pilihan yang disediakan adalah menu klasik atau menu Eropa popular
·
Sistem
penyajian yang dipakai adalah Russian service atau French service atau
modifikasi dari kedua table service tersebut
·
Di
sediakan ruangan untuk cocktail selain ruangan jamuan makan digunakan sebagai
tempat untuk minum yang berakohol sebelum santap malam
·
Di
buka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau makan malam dan makan
siang dan tidak di buka untuk makan pagi
·
Menyediakan
berbagai merek minuman bar secara lengkap khususnya wine and champagne
dari beberapa Negara penghasil wine di dunia
·
h)
Menyediakan hiburan musik hidup dan tempat untuk melantai dengan suasana
romantis dan exclusive
·
i).
Harga makanan dan minuman relatife tinggi disbanding harga makanan dan minuman
di restoran informal
·
j).
Penataan bangku dan kursi memiliki area service yang lebih luas untuk
dapat di lewati gueridon
·
k).
Tenaga relatife banyak dengan standar kebutuhan pramusaji untuk melayani 4 – 8
pelanggan
2. Restoran Informal
Restoran informal adalah
industry jasa pelayanana makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan
professional dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan
percepatan frekuensi yang silih berganti pelanggan. Contoh : café, cafeteria,
fast food restoran, coffe shop, bistro, canteen, tavern, family restaurant,
pub, service corner, burger corner, snack bar.
Ciri – ciri restoran informal :
§ Harga makanan dan minuman relative
murah
§ Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan
tempat
§ Para pelanggan yang datang tidak
terikat untuk mengenakan pakaian formal
§ Sistem penyajian yang dipakai
American Service/ ready plate bahkan self service ataupun counter service
§ Tidak menyediakan hiburan musik
hidup
§ Penataan meja dan bangku cukup rapat
antara satu dengan yang lain
§ Daftar menu oleh pramusaji tidak
dipresentasikan kepada tamu atau pelanggan namun di pampang di counter atau
langsung di meja makan untuk mempercepat proses pelayanan
§ Menu yang disediakan sangat terbatas
dan membatasi menu – menu yang relative cepat selesai dimasak
§ Jumlah tenaga service relative
sedikit dengan standar kebutuhan, 1 pramusaji melayani 12 – 16 pelanggan
3. Specialities Restoran
Specialities Restoran adalah industry jasa pelayanan makanan
dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional dengan menyediakan
makanan khas dan diikuti dengan sistem penyajian yang khas dari suatu Negara
tersebut.Contoh : Indonesian food restaurant, Chinese food restaurant,
Japanesse food restaurant etc.
Ciri ciri specialities restaurant :
·
Menyediakan
sistem pemesanan tempat
·
Menyediakan
menu khas suatu Negara tertentu, popular dan disenangi banyak pelanggan secara
umum
·
Sistem
penyajian disesuaikan dengan budaya Negara asal dan dimodifikasi dengan budaya
internasional
·
Hanya
dibuka untuk menyediakan makan siang dan atau makan malam
·
Menu
ala carte dipresentasikan kepada pelanggan
·
Biasanya
menghadirkan musik/hiburan khas Negara asal
·
Harga
makanan relative tinggi di banding informal restaurant dan lebih rendah
disbanding formal restaurant
·
Jumlah
tenaga service sedang, dengan standar kebutuhan 1 pramusaji untuk melayani 8
-12 pelanggan
BAB
VIII
AKOMODASI
/ LODGING AND HOTEL
A. DEFINISI LODGING AND HOTEL
1.
Lodging
Pengertian Lodging
merupakan jenis usaha yang bergerak dalam bidang penyediaan sarana penginapan.
(Kodhyat. H dan Ramaini. Kamus Pariwisata
dan Perhotelan, 1992, Gramedia, Jakarta )
Lodging House, Yaitu sejenis rumah ynag menyediakan
tmpat menginap untuk satu malam saja atau untuk waktu kurang dari satu minggu
sekali datang menginap, jadi disewakan hanya harian dan paling lama satu
minggu. Lodging (or a holiday accommodation) is a type of
residential accommodation. People who travel and stay away from home for more than a day need lodging
for sleep, rest, safety, shelter from cold temperatures or rain, storage of
luggage and access to common household functions.
Cottage
Sejenis akomodasi yang berlokasi di sekitar
pantai atau danau dengan bentuk bangunan – bangunan terpisah, disewakan untuk
keluarga, serta dilengkapi dengan fasilitas rekreasi.
In modern usage, a cottage is usually a
modest, often cozy dwelling, typically in arural or semi-rural location. However there are
cottage-style dwellings in cities, and in places such as Canada the term exists with no connotations of size at all (cf. vicarageor hermitage). In the United Kingdom the term cottage also tends to denote rural
dwellings of traditional build, although it can also be applied to dwellings of
modern construction which are designed to resemble traditional ones ("mock
cottages")
In certain places (e.g. Eastern Canada, Scandinavia and Russia) the term "cottage" (in Finnish mökki; in Estonian suvila; in Swedish stuga; in Norwegian hytte [from the German word Hütte], in Russian дача (dacha)) can refer to a
vacation/summer home, often located near a body of water. However, in the USA
generally this is more commonly called a "cabin",
"chalet", or even "camp".
2.
Hotel
Hotel adalah suatu bentuk bangunan,
lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa
penginapan, penyedia makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana
semua pelayanan itu diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang
bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas
tertentu yang dimiliki hotel itu. Pengertian hotel ini dapat disimpulkan dari
beberapa definisi hotel seperti tersebut di bawah ini :
·
Salah
satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk
jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi
masyarakat umum yang dikelola secara komersil (Keputusan Menteri Parpostel no
Km 94/HK103/MPPT 1987)
·
Bangunan
yang dikelola secara komersil dengan memberikan fasilitas penginapan untuk
masyarakat umum dengan fasilitas sebagai berikut :
1) Jasa penginapan
2) Pelayanan makanan dan minuman
3) Pelayanan barang bawaan
4) Pencucian pakaian
5) Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang ada di dalamnya.
(Endar Sri,1996:8)
·
Sarana
tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar,
penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran (Lawson,
1976:27)
B. CIRI – CIRI HOTEL
Berdasarkan tamu yang menginap, hotel dapat
digolongkan menjadi beberapa jenis. Secara dominan tamu yang menginap adalah
keluarga, official, group, walk-in, traveller, wisatawan, businessman,
individual, incentive, long staying, dan short staying.
1. Hotel
Keluarga
adalah hotel yang kebanyakan tamunya adalah
keluarga. Hotel seperti ini biasanya dilengkapi dengan berbagai sarana
rekreasi, restoran dengan konsep keluarga, tempat tidur yang lega, serta
berbagai macam sarana untuk aktivitas semua anggota keluarga. Sang ayah bisa ke
business center dan fitness, ibu mengikuti kegiatan erobik dan
satai di tepi kolam renang. sementara anak-anak bermain di Kiddy Club atau sarana permainan lainnya. Kebanyakan hitel tipe
ada di resor, tetapi ada juga yang di tengah kota tetapi menggunakan konsep
resor.
2. Official
Hotel
adalah hotel yang kebanyakan
tamunya adalah orang-orang dari instansi pemerintah atau swasta, dari dinas
atau jawatan tertentu. Kebanyakan berupa guest house atau hotel khusus
yang dimiliki Pemerintah Daerah, Perusahaan Jawatan, Badan Umum Milik Negara,
maupun perusahaan swasta.
1. Hotel
Untuk Tamu Rombongan.
Banyak hotel yang kebanyakan
tamunya adalah grup atau rombongan. Mereka datang bersama-sama untuk melakukan study
tour atau wisata. Hotel jenis ini mempunyai beberapa pilihan kamar.
Masing-masing kamar dapat diisi enam orang atau lebih karena kamarnya lebih
luas dengan tempat tidur lebih dari dua. Hotel ini biasanya berada di daerah
tujuan wisata, tetapi dapat juga berada di suatu kota. Contoh hotel dengan
karakteristik semacam ini adalah hotel-hotel tidak berbintang yang banyak
didatangi rombongan pelajar atau kelompok tertentu dari daerah lain pada musim
liburan. Rombongan datang serentak dengan mengendarai beberapa bus.
2. Walk-in
Hotel.
Ada hotel yang tamunya tidak perlu melakukan
reservasi terlebih dahulu. Hotel semacam ini disebut dengan walk-in hotel.
Orang datang ke konter Front Office, bertanya apakan masih ada kamar,
fasilitas, kondisi, dan harga kamar. Jika tamu sepakat dengan tarif dan kondisi
kamar maka tamu dapat langsung check-in. Hotel ini biasanya tidak
berbintang, atau setidaknya bukan hotel berbintang lima. Letaknya bisa di dalam
kota, tidak terlalu besar, dengan harga yang relatif lebih murah karena layanan
dan fasilitasnya yang terbatas.
3. Traveller
Hotel.
Tamu hotel ini adalah
orang-orang yang sedang melakukan suatu rangkaian perjalanan, baik untuk
bisnis, keperluan pribadi, maupun hanya untuk istirahat sebentar. Ada yang
menyebutkannya sebagai hotel transit, karena hanya untuk beristirahat sebentar
sebelum melanjutkan perjalanan. Hotel ini memiliki fasilitas yang tidak
lengkap, walau memiliki standar kelengkapan minimal di kamar. Tamu mungkin
tidak merasa perlu untuk duduk santai dan berlama-lama di bar. Tenaga mereka
simpan untuk berburu target perjalanan.
4. Hotel
Wisatawan,
yang kebanyakan resor, walau
mungkin juga berada di dalam kota. tergantung jenis wisata yang ada di sekitar
hotel. Sarana yang diberikan hotel ini bervariasi, mulai dari yang paling
sederhana, hanya menyediakan akomodasi saja, ada yang akomodasi dan makan pagi
sederhana, roti atau telur dengan teh atau kopi, sampai ke resort hotel
berbintang lima yang dilengkapi dengan fasilitas mewah dan rekreatif.
5. Businessman
Hotel,
yang kebanyakan tamunya
datang untuk berbisnis. Kebanyakan berada di tengah kota besar, kota
metropolitan, kota dagang, dan di area yang memungkinkan orang menjalankan
bisnis dengan lancar. Karakteristik hotel ini bervariasi, mulai yang sederhana
(sekelas hotel melati), yang sedang seperti traveller hotel, sampai business
hotel berbintang empat atau lima. Yang membedakan adalah fasilitas,
besar-kecilnya hotel, prestise, layanan, dan tarif.
6. Individual Hotel
adalah hotel yang kebanyakan
tamunya adalah individu, bukan grup atau keluarga. Hotel semacam ini mirip traveller
hotel, business hotel, atau city hotel. Biasa digunakan oleh para pedagang,
salesman, atau orang yang sedang melakukan perjalanan dan singgah untuk
beristirahat. Yang dimaksud individu tidak berarti sendiri, tetapi menunjukkan
bahwa mereka melakukan reservasi sendiri, terkadang walk-in. Tamu yang
datang bisa memerlukan satu, dua, atau tiga kamar tetapi belum mencapai angka
lima belas, yang diorganisasikan dengan itinerary atau ciri khas dari tamu
rombongan.
7. Incentive
Hotel
adalah hotel yang kebanyakan
tamunya adalah para karyawan atau anggota organisasi yang mendapatkan semacam
hadiah atau bonus untuk melakukan tour, wisata, atau kunjungan ke
perusahaan yang ada di kota lain.
8. Long
Staying Hotel
adalah bentuk residential
hotel seperti kondominium atau apartemen atau hotel tertentu, yang tamunya
rata-rata tinggal cukup lama, lebih dari satu bulan. Hotel jenis ini mempunyai
sarana kitchenette di kamar, tempat cuci dan seterika sendiri, memiliki
lebih dari satu ruangan dalam satu kamar.
C. KLASIFIKASI HOTEL
Menurut
keputusan
direktorat
Jendral Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
no 22/U/VI/1978 tanggal 12 Juni
1978
(Endar
Sri,
1996
: 9), klasifikasi hotel dibedakan dengan menggunakan simbol
bintang
antara
1 '/d 5.
Semakin
banyak bintang yang dimiliki suatu hotel, semakin berkualitas hotel tersebut. Penilaian
dilakukan selama 3 tahun sekali
dengan tatacara serta penetapannya dilakukan
oleh Direktorat Jendral Pariwisata.
Sesuai dengan dengan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. PM.10/PW. 301/Pdb - 77
tentang
usaha
dan
klasifikasi
hotel,
ditetapkan
bahwa penilaian k1asifikasi hotel secara minimum didasarkan pada :
Ø Jumlah Kamar
Ø Fasilitas
Ø Peralatan yang tersedia
Ø Mutu pelayanan
Hotel-hotel yang tidak bisa memenuhi standar
kelima kelas tersebut,
ataupun yang berada di bawah standar minimum
yang ditentukan oleh Menteri Perhubungan
disebut Hotel Non Bintang.
Tujuan umum daripada penggolongan kelas hotel adalah:
Ø Untuk menjadi pedoman teknis bagi caJon investor (penanam
modal) di bidang
usaha perhotelan.
Ø Agar
caJon penghuni hotel dapat mengetahui fasilitas dan
pelayanan yang akan diperoleh di suatu hotel, sesuai dengan
golongan kelasnya
Ø Agar tercipta
persaingan (kompetisi) yang sehat antara
pengusahaan
hotel.
Ø Agar
tercipta keseimbangan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply)
dalam
usaha akomodasi hotel.
Pada tahun 1970-an
sampai
dengan
tahun
2001,
penggolongan kelas
hotel bintang 1
sampai dengan bintang 5 lebih mengarah ke aspek bangunannya seperti luas bangunan, jumlah kamar dan fasilitas penunjang hotel dengan
bobot
penilaian yang tinggi. Tetapi
sejak
tahun
2002
berdasarkan Keputusan Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 3/HK. 001/MKP 02
tentang penggolongan kelas hotel, bobot penilaian aspek mutu pelayanan lebih
tinggi
dibandingkan dengan
aspek
fasilitas bangunannya.
Walaupun
demikian
seorang perencana
dan perancang bangunan yang ingin
membuat sebuah
Hotel
khususnya Hotel
Ressort
dapat
mengacu
pada Ketentuan dan Kriteria K.lasifikasi Hotel yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pariwisata tahun 1995. Akan tetapi untuk jumlah kamar
tidak
diharuskan sesuai
dengan golongan kelas hotel asalkan seimbang dengan fasilitas penunjang serta seimbang antara pendapatan dan pengeluaran dari hotel tersebut .
berdasarkan Keputusan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor. KM 3/HK.
001/MKP/02. Pembagian klasifikasi hotel berdasarkan
kelas dapat
dijabarkan dengan melihat dari fasilitas-fasilitasnya seperti berikut:
1. Klasifikasi hotel berbintang satu (*)
a. Jumlah kamar standar,
minimum 15 kamar.
b. Kamar
mandi di dalam
c. Luas kamar standar, minimum
20m2•
2. Klasifikasi hotel berbintang dua (**)
a. Jumlah kamar standar, minimum
20 kamar.
b. Kamar suite
,
minimum 1 kamar dengan
luas minimum 44 m2•
c. Kamar mandi di dalam.
d. Luas kamar standar, minimum
22m2
3. Klasifikasi hotel berbintang tiga (***)
a. Jumlah kamar standar, minimum 30 kamar
b. Kamar suite
,
minimum 2 kamar dengan luas minimum 48m2
c. Kamar mandi di dalam.
d. Luas kamar standar, minimum 24m2•
4. Klasifikasi hotel berbintang empat (****)
a.
Jumlah kamar standar, minimum 50
kamar.
b.
Kamar suite , minimum
3 kamar dengan luas minimum 48m2•
c.
Kamar mandi di dalam.
d.
Luas kamar standar, minimum 24m2•
5. Klasifikasi hotel berbintang lima(*****)
a. Jumlah kamar
standar, minimum 100 kamar.
b.
Kamar suite, minimum 4 kamar dengan luas minimum
52 m2
c. Kamar mandi
di dalam.
d. uas kamar standar, minimum
26m2•
D. JENIS – JENIS HOTEL
Hotel dilihat dari lokasi hotel
1. City Hotel : Hotel yang berlokasi di
perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal
sementara (dalam jangka waktu pendek). City Hotel disebut juga sebagai transit
hotel karena biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas
dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut.
2. Residential Hotel : Hotel yang
berlokasi di daerah pinngiran kota besar yang jauh dari keramaian kota, tetapi
mudah mencapai tempat-tempat kegiatan usaha. Hotel ini berlokasi di
daerah-daerah tenang, terutama karena diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin
tinggal dalam jangka waktu lama. Dengan sendirinya hotel ini diperlengkapi
dengan fasilitas tempat tinggal yang lengkap untuk seluruh anggota keluarga.
3. Resort Hotel : Hotel yang berlokasi
di daerah pengunungan (mountain hotel) atau di tepi pantai (beach hotel), di
tepi danau atau di tepi aliran sungai. Hotel seperti ini terutama diperuntukkan
bagi keluarga yang ingin beristirahat pada hari-hari libur atau bagi mereka
yang ingin berekreasi.
4. Motel (Motor Hotel) : Hotel yang
berlokasi di pinggiran atau di sepanjang jalan raya yang menghubungan satu kota
dengan kota besar lainnya, atau di pinggiran jalan raya dekat dengan pintu
gerbang atau batas kota besar. Hotel ini diperuntukkan sebagai tempat istirahat
sementara bagi mereka yang melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan
umum atau mobil sendiri. Oleh karena itu hotel ini menyediakan fasilitas garasi
untuk mobil.
5. Mountain Hotel, yaitu hotel yang
berlokasi di daerah pegunungan
6. Beach Hotel, yaitu hotel yang
berlokasi di dekat pantai
7. Bandara hotel : Mereka berada di
dekat bandar udara utama, terutama ketika mereka jauh dari pusat perkotaan
untuk melayani. Para pelanggan utama penumpang transit masuk atau keluar tanpa
waktu yang cukup untuk pindah ke kota dan maskapai penerbangan Crews. Tetap
biasanya sangat singkat. Menjadi populer karena kedekatannya dengan bandara dan
menyesuaikan layanan mereka kepada pelanggan, khususnya eksekutif.
Berdasarkan
Sistem penetapan tarif kamar (room rate)
·
Full
American Plan (FAP), yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga kamar sudah
termasuk tiga kali makan
·
Modified
American Plan (MAP), yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga kamar sudah
termasuk makan dua kali
·
Continental
Plan, yaitu hotel yang menganut sistem dimana harga kamar sudah termasuk makan
pagi (continental breakfast)
·
Bermuda
Plan, hotel dengan sistem harga kamar sudah termasuk makan pagi (American
Breakfast)
·
European
Plan, yaitu hotel dengan sistem dimana harga kamar tidak termasuk makan (room
rate only)
Berdasarkan
ukuran dan jumlah kamar
·
Hotel
kecil, jumlah kamar sampai dengan 25 kamar
·
Hotel
menengah, memiliki jumlah kamar antara 25 sampai 100
·
Hotel
sedang, jumlah kamar antara 100 sampai 300
·
Hotel
besar, yaitu hotel yang mempunyai jumlah kamar diatas 300
Berdasarkan
jenis atau tipe tamu
·
Family
hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya terdiri dari keluarga
·
Business
hotel, sebagian besar tamunya merupakan orang–orang yang sedang melakukan
tugas/usaha
·
Tourist
hotel, yaitu hotel yang sebagain besar tamunya adalah wisatawan
·
Transit
hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya adalah mereka yang akan
melanjutkan perjalanan (hotel hanya sebagai tempat persinggahan sementara saja)
·
Cure
Hotel, yaitu hotel yang sebagian besar tamunya adalah dengan tujuan pengobatan
Segi Jumlah Kamar Hotel
Menurut Tarmoezi (Tarmoezi,2000:3),
dari banyaknya kamar yang disediakan, hotel dapat dibedakan menjadi :
a. Small Hotel : Jumlah kamar yang
tersedia maksimal sebanyak 28 kamar.
b. Medium Hotel : Jumlah kamar yang disediakan antara 28- 299 kamar.
c. Large Hotel : Jumlah kamar yang disediakan sebanyak lebih dari 300 kamar.
Berdasarkan lama tamu menginap
·
Transient
Hotel, hotel dimana para tamunya rata-rata menginap hanya untuk satu atau dua
malam
·
Residential
Hotel, yaitu hotel dima para tamunya menginap untuk jangka waktu lama, lebih
dari satu minggu
·
Semi
Residential Hotel, yaitu hotel dimana para tamunya menignap lebih dari dua
malam sampai satu minggu
Berdasarkan Disain dan struktur
hotel
·
Conventional
Hotel, hotel yang bentuknya tinggi bertingkat menjulang ke langit
·
Bungalows,
hotel yang bentuknya tidak bertingkat dan setiap bangunan berlokasi menyebar
satu dengan yang lain
·
Motor
Hotel, hotel yang mempunyai garasi di masing-masing kamar atau kelompok kamar
Berdasarkan
lama buka hotel dalam setahun
·
Seasonal
Hotel, yaitu hotel yang dibuka hanya untuk waktu-waktu tertentu dalam satu
tahun (3 bulan, 6 bulan, 9 bulan)
·
Year
Round Hotel, yaitu hotel yang dibuka sepanjang tahun
Berdasarkan
tarif hotel
·
Economy
Hotel, yaitu hotel dengan tarif yang relatif murah
·
First
Class Hotel, yaitu hotel dengan tarif sedang
·
Deluxe
Hotel, yaitu hotel dengan tarif mahal
-istilah hotel
lainnya:
·
Guest
House, sesuai namanya tempat ini menyerupai rumah dengan beberapa kamar.
Beberapa kamar disewakan dengan penggunaan bersama untuk dapur, ruang tamu dan
ruang-ruang lainnya. Pemilik rumah ada juga yang tinggal disini.
·
Villa
atau Cottage. Secara fisik sebenarnya merupakan hotel dengan beberapa rumah
dalam satu kawasan. Bangunan rumah terpisah dari unit lainnya. Lokasinya
biasanya tidak berada di kawasan padat. Biasnya menawarkan suasana yang lebih
tenang. Layanan kamar disediakan seperti halnya hotel, bahkan untuk villa mewah
disediakan petugas tersendiri untuk tiap-tiap unit villa.
·
Homestay.
Sebenarnya mirip dengan guest-house hanya biasanya pemilik rumah tinggak
bersama tamu. Homestay biasanya dimiliki pribadi.
·
Inn/Lodge.
Merupakan penginapan sederhana dan terletak dipinggir kota atau tempat transit.
Tidak menyediakan banyak fasilitas.
·
Bed
& Breakfast. Adalah hotel dengan fasilitas hanyalah untuk tidur dan sarapan
saja. Istilah ini masih kurang populer di Indonesia tetapi di luar negeri sudah
banyak digunakan.
·
Budget
Hotel. Adalah hotel dengan fasilitas terbatas dan biasanya berada di tengah kota.
·
Hostel.
Hotel sederhana yang biasanya digunakan tamu rombongan. Satu kamar bisa diisi 4
orang bahkan lebih. Fasilitasnya sederhana dengan kamar mandi biasanya di luar
kamar. Hostel ini yang biasanya digunakan untuk rombongan study-tour.
Jenis-Jenis Kamar
Tamu Hotel Menurut Tempat Tidur Yang Ada
·
Single
Room : Kamar yang tersedia untuk satu orang penghuni dengan kondisi berisi satu
tempat tidur tunggal(single bed). Jenis room seperti ini sudah jarang dan
hamper tidak ada di hotel berbintang.
·
Double
Room : Kamar yang tersedia untuk dua orang penghuni dengan kondisi berisi satu
tempat tidur besar (double bed).
·
Twin
Room : Kamar yang tersedia untuk dua orang penghuni dengan kondisi, berisi dua
tempat tidur double (twin bed) dan ditempatkan secara terpisah.
·
Standard
Room : Kamar yang tersedia untuk dua orang penghuni dengan kondisi, beisi satu
tempat tidur double (double bed) atau dua tempat tidur.
·
Superior
Room : Kamar standard yang lebih luas atau lebih besar.
·
Deluxe
Room : Kamar dengan ukuran
·
Suite
Room : Kamar yang tersedia untuk 2/3 atau lebih dengan kondisi berisi dua atau
tiga kamar lebih dengan ukuran kamar lebih besar, lebih luas dan lebih lengkap
yang dilengkapi dengan fasilitas tambahan seperti ruang tamu, makan, keluarg
dan dapur kecil(kitchenette) serta mini bar. Tempat tidurnya etrdapat double
bed, twin bed atau bahkan single bed.
·
Presidential.
Inilah kamar terluas dibandingkan dengan jenis kamar lainnya. Pada dasarnya ini
masuk kategori Suite Room dengan luas dan fasilitas paling lengkap. Kamar jenis
ini hampir menyerupai rumah. Tidak semua hotel memiliki kamar jenis ini, hanya
hotel-hotel mewah bintang 5 yang menyediakannya, itupun hanya beberapa unit
saja. Beberapa hotel menempatkan Presidential Suitenya dekat dengan fasilitas
pendaratan helikopter (helipad) dan memiliki pemenadangan terbaik yang dimiliki
hotel.
BAB
IX
MICE
A. EDEFINISI MICE
MICE adalah akronim dari meetings, incentives, conferences and exhibitions. Wisata
MICE merupakan salah satu sektor dalam industri pariwisata yang berkembang
sangat pesat (Dwyer dan Forsyth, 1997; Hing et al., 1998 dalam Seebaluck,
Naidoo dan Ramseook-Munhurrun, 2013), dan
wisata MICE juga telah
berkembang pesat di Bali beberapa tahun terakhir ini.
Yang menjadi dasar pemikiran di balik setiap wisata MICE adalah kegiatan yang
diperuntukkan guna menyatukan para penyedia informasi dengan penerimanya
(Whitfield dan Webber, 2010 dalam Whifield, Dioko, Webber dan Zhang, 2012).
Kegiatan wisata MICE melibatkan berbagai sektor seperti sektor transportasi,
perjalanan, rekreasi, akomodasi, makanan dan minuman, tempat penyelenggaraan
acara, teknologi informasi, perdagangan dan keuangan sehingga wisata MICE dapat
digambarkan sebagai industri multifaset. Di banyak daerah tujuan wisata, kegiatan
MICE dikategorikan di bawah payung industri event (Dwyer dan Mistilis, 2000; Getz, 2008
dalam Seebaluck et al., 2013).
Setiap istilah dalam wisata MICE
memiliki arti yang berbeda-beda walaupun kegiatan MICE itu sendiri merupakan
kegiatan jangka pendek yang memiliki signifikansi ekonomi yang besar bagi
pariwisata (Law, 1987; Pearson dan McKanna, 1988; Hiller, 1995; Wootton dan
Stevens, 1995 dalam Hall, 2003). Istilah meeting
dalam MICE dapat didefinisikan sebagai suatu acara terstruktur yang dapat
menyatukan sekumpulan orang secara kolektif untuk mendiskusikan topik yang
menjadi kepentingan bersama (Seebaluck et al., 2013). Menurut Mair (2009), meeting umumnya membahas masalah dengan
substansi yang relatif kecil dengan jumlah delegasi yang kecil juga dan
biasanya dapat diselenggarakan di lingkungan perusahaan, di hotel atau di
ruangan pertemuan. Meeting juga dapat didefinisikan sebagai berikut:
It’s a gathering of 10 or more
participants for a minimum of 4 hours in a hired venue. The term ‘meetings’
include conventions, conferences, congresses, trade shows and exhibitions,
incentive events, corporate and business meetings, and other meetings and all
exclude social activities (wedding receptions, holiday parties, etc.),
permanently established formal educational activities (primary, secondary or
university level education), purely recreational activities (such as concerts
and shows of any kind), political campaign rallies, or gatherings of consumers
or would-be customers by a company for the purpose of presenting specific goods
or services for sale (consumer shows), which would rather fall under the scope
of retail or wholesale trade.(UNWTO dalam Seebaluck et al., 2013, p.2).
MICE
sebagai wisata minat khusus yang merupakan rekayasa manusia memiliki
karakteristik yang berbeda, baik dari segi bentuk acara yang diselenggarakan,
pembentukan ide, sampai target pasar untuk sector industri MICE itu sendiri.
Industri MICE berbeda dengan industri pariwisata
lainnya. Industri MICE sudah terfokus dan terkonsentrasi pada pembentukan
pemahaman apa sebenarnya MICE itu sendiri, dan sangat berbeda dengan industry pariwisata
lainnya yang setiap orang bisa melakukan apa pun selama tujuannya adalah
berekreasi.
v Meeting
& Convention
Kegiatan dari sekelompok orang/profesional
yang ditunjuk oleh organisasi/perusahaan untuk peningkatan kualitas SDM
mendukung bisnis yang diwakilinya.
v Incentive
(Trip)
Bentuk dari suatu rewards yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan.
v Exhibition
Salahsatu kegiatan untuk penyebarluasan
informasi dan promosi produk dari suatu bisnis kepada
konsumen dan calon konsumen
Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita lihat bahwa
unsur yang terdapat di dalam industri MICE tidak hanya berguna untuk sector
pariwisata, tetapi untuk sector bisnis dalam industri perdagangan, industri
pendidikan, dan berbagai industri lainnya MICE sangat berperan dalam
pengembangan beberapa industri tersebut.
Industri perdagangan di Indonesia saat ini sangat
membutuhkan MICE dalam bidang promosi maupun penjualan produk baik langsung
maupun tidak langsung. Hal ini dapat terjadi dengan semakin meningkatnya
kebutuhan industri terhadap dunia MICE khususnya Exhibition. Tidak
hanya itu satu kegiatan MICE yang dilaksanakan akan berdampak pada
penyelenggaran kegiatan MICE lainnya, yang saling berkesinambungan dan mengisi
satu sama lain.
Menurut Pendit (1999:25), Mice diartikan sebagai wisata
konvensi, dengan batasan : usaha jasa konvensi, perjalanan insentif, dan
pameran merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa
pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan,
cendikiawan dsb) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan
kepentingan bersama.
Sedangkan
menurut Kesrul (2004:3), Mice sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang
aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya
melibatkan sekelompok orang secara bersama-sama, rangkaian kegiatannya dalam
bentuk meetings, incentive travels,
conventions, congresses, conference dan exhibition.
B. BENTUK MICE
a.
Meeting
Meeting
adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat, pertemuan atau persidangan.
Meeting merupakan suatu kegiatan yang termasuk di dalam MICE.
Menurut
Kesrul (2004:8), Meeting Suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan
oleh kelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau
perserikatan dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber
daya manusia, menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan
informasi terbaru, publikasi, hubungan kemasyarakatan.
Menurut
Kesrul (2004:3), “Meeting adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang
aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure dan business, biasanya
melibatkan orang secara bersama-sama”.
b.
Incentive
Undang-undang
No.9 tahun 1990 yang dikutip oleh Pendit (1999:27), Menjelaskan bahwa
perjalanan insentive merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan
oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan
penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang
membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut
Kesrul (2004:18), bahwa insentive merupakan hadiah atau penghargaan yang
diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan, klien, atau konsumen.
Bentuknya bisa berupa uang, paket wisata atau barang. Menurut Any Noor (2007:5)
yang dikutip dari SITE 1998 dalam Rogers 2003, juga memberikan definisi
mengenai incentive adalah incentive travel is a global management tool that
uses an exceptional travel experience to motivate and/or recognize participants
for increased levels of performance in support of the organizational goals.
c.
Conference
Menurut
(Pendit,1999:29), Istilah conference diterjemahkan dengan konferensi dalam
bahasa Indonesia yang mengandung pengertian sama. Dalam prakteknya, arti
meeting sama saja dengan conference, maka secara teknis akronim mice
sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang mengingatnya bahwa
kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai perencanaan, pelaksanaan dan
penyelenggaraan sebuah meeting, incentive, conference dan exhibition hakekatnya
merupakan sarana yang sekaligus adalah produk paket-paket wisata yang siap
dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri pariwisata dikelompokkan dalam
sati kategori, yaitu mice.
Menurut
Kesrul, (2004 :7), Conference atau konferensi adalah suatu pertemuan yang
diselenggarakan terutama mengenai bentuk-bentuk tata karena, adat atau
kebiasaan yang berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian antara negara-negara
para penguasa pemerintahan atau perjanjian international mengenai topik tawanan
perang dan sebagainya.
d.
Exhibition
Exhibition
berarti pameran, dalam kaitannya dengan industri pariwisata, pameran termasuk
dalam bisnis wisata konvensi. Hal ini diatur dalam Surat Keputusan Menparpostel
RI Nomor KM. 108 / HM. 703 / MPPT-91, Bab I, Pasal 1c, yang dikutip oleh Pendit
(1999:34) yang berbunyi “Pameran merupakan suatu kegiatan untuk menyebar
luaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan
konvensi atau yang ada kaitannya dengan pariwisata.
Menurut Kesrul (2004:16),
exhibition adalah ajang pertemuan yang dihadiri secara bersama-sama yang
diadakan di suatu ruang pertemuan atau ruang pameran hotel,
dimana sekelompok produsen atau pembeli lainnya dalam suatu pameran dengan segmentasi pasar
yang berbeda.
C. PERKEMBANGAN MICE
1.
Perkembangan
di Dunia
Kegiatan MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions)
merupakan salah satu pendorong utama pengembangan destinasi pariwisata dan juga
merupakan penghasil pendapatan yang penting bagi masyarakat lokal, menciptakan
lapangan pekerjaan dan pendorong berkembangnya investasi asing. Selain manfaat
ekonomi, perkembangan kegiatan MICE memberikan peluang untuk berbagi
pengetahuan (knowledge sharing), pengembangan
jaringan (networking), dan pengembangan kapasitas (capacity building), sehingga kegiatan
MICE dianggap sebagai pendorong penting bagi
pengembangan intelektual dan meningkatkan kerjasama regional (UNWTO, 2012).
Trend
global wisata MICE dapat dilihat dari laporan yang telah dikeluarkan oleh GBTA
Foundation sebagai badan penelitian dari Global
Business Travel Association yang telah menganalisa keadaan terkini mengenai
pengeluaranselama melakukan perjalanan bisnis global dan
proyeksi pertumbuhan selama lima tahun ke depan. Berdasarkan penelitian
mengenai Global Business
Spending Outlook
2011-2015, diketahui bahwa pengeluaranuntuk perjalanan bisnis di
seluruh dunia meningkat sebesar 8,4% pada tahun 2010 setelah mengalami
penurunan sebesar 7,8% pada tahun 2009. Pengeluaran perjalanan global
diproyeksi meningkat sebesar 9,2% pada tahun 2011 menjadi lebih dari US$ 1
triliun (UNWTO, 2012). Berdasarkan GBTA (2013), pengeluaran perjalanan global
diperkirakan akan meningkat sepanjang 2013 mencapai sekitar US$ 1,12 triliun
yaitu meningkat sekitar 5,4% dibandingkan tahun 2012. Pengeluaran untuk perjalanan
global pada tahun 2014 hingga tahun 2017 diprediksi akan mengalami peningkatan
tiap tahunnya masing-masing sekitar 8,2%, 7,4%, 7,2% dan 7,1% (GBTA, 2013).
Peningkatan pengeluaran untuk perjalanan bisnis global telah meningkatkan
penciptaan lapangan kerja secara global sebesar 20% (UNWTO, 2012).
Peningkatan
pengeluaran perjalanan bisnis global dapat direfleksikan pada peningkatan
jumlah total peserta meeting yaitu
sekitar 5,52 juta orang pada tahun 2011, dimana pada tahun 2010 hanya sekitar 5,37
juta orang. Trend peningkatan wisata MICE juga dapat dilihat
dari jumlah acara pertemuan yang dilaksanakan per regional di mana
pengalokasian pelaksanaan meeting secara regional cukup stabil dengan
benua Eropa sebagai kawasan pertemuan tertinggi per benua yaitu sebesar 55%
dari seluruh pertemuan pada tahun 2011 diadakan di kawasan benua Eropa (ICCA,
2012). Kawasan Amerika Utara dan Eropa telah berhasil meningkatkan
popularitasnya sebagai penyelenggara meeting
sehingga mengakhiri trend penurunan pangsa pasar kedua kawasan
tersebut sejak tahun 2003. Meskipun telah terjadi pasang surut di kawasan Asia
dan Timur Tengah, akan tetapi kedua kawasan ini telah dapat meningkatkan
popularitasnya pada satu dekade terakhir sebagai tempat diselenggarakannya event pertemuan. Sedangkan kawasan
Afrika dan Oseania telah lebih stabil selama beberapa tahun belakangan (ICCA,
2012).
Trend
peningkatan wisata MICE juga dapat dilihat dari data ICCA mengenai jumlah meeting yang diadakan di seluruh dunia
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2 Jumlah Meeting di Dunia Tahun 2002
- 2011
Tahun
|
Jumlah Event (Meeting)
|
2002
|
6.155
|
2003
|
6.405
|
2004
|
7.642
|
2005
|
8.121
|
2006
|
8.745
|
2007
|
9.536
|
2008
|
10.149
|
2009
|
10.346
|
2010
|
10.406
|
2011
|
10.070
|
(Sumber: ICCA, 2012)
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat terjadi peningkatan jumlah meeting yang cukup signifikan dari tahun 2002 dengan 6.155 events
menjadi 10.070 events pada tahun 2011 (ICCA, 2012).
Secara
global wisata MICE akan terus berkembang, hal ini dapat dilihat dari trend
pertumbuhan tempat atau venue penyelenggaraan
wisata MICE secara terus menerus. Berdasarkan laporan mengenai World Map of Exhibition Venue, telah
terjadi peningkatan jumlah ruang pameran – exhibition
hall sejak tahun 2006 dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya mencapai
sebesar 2.3% (UFI, 2011). Telah terjadi peningkatan jumlah ruang
pameran di seluruh dunia dari 1.062 ruang pameran pada tahun 2006 menjadi
sekitar 1.197 ruang pameran yang dilengkapi dengan ruang pameran indoor dengan
luas ruangan sekitar 5.000 m2 pada tahun 2011. Hal ini berarti bahwa terdapat kurang
lebih 32,6 juta m2 ruang pameran indoor yang terutama terletak di
kawasan Eropa, Amerika Utara dan Asia (UFI, 2011). Dari data ini maka dapat
dilihat bahawa dewasa ini trend global wisata MICE sedang mengalami
peningkatan, sehingga membuka peluang bagi destinasi untuk dapat meningkatkan
kesadaran akan pentingnya wisata MICE.
2.
Perkembangan di Indonesia
Dewasa
ini Indonesia telah mulai diperhitungkan oleh pasar wisata MICE sebagai salah
satu tempat diselenggarakannya event MICE. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah
kegiatan besar bertaraf internasional yang mulai diselenggarakan di Indonesia
sebagai bentuk kepercayaan masyarakat dunia terhadap Indonesia. Wisata MICE di
Indonesia semakin berkembang karena keadaan pertumbuhan ekonomi, stabilitas
politik dan keamanan yang kian membaik. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya
ketertarikan investor asing maupun lokal untuk berinvestasi dalam
menyelenggarakan event maupun hanya
sekedar berpartisipasi sebagai peserta dalam suatu event MICE
(DitjenPen, 2011).
Industri
MICE merupakan salah satu indikator perkembangan ekonomi suatu negara di mana
pada tiap penyelenggaraan sebuah event baik
yang bertaraf nasional maupun bertaraf internasional memerlukan dukungan
perangkat keras berupa infrastruktur fisik, dan perangkat lunak yang meliputi
dukungan sumber daya manusia yang ahli yang memiliki mentalitas pelayanan kelas
utama. Agar Indonesia dapat lebih diperhitungkan oleh pasar wisata MICE maka
dukungan infrastruktur seperti akses udara, jalan atau rel kereta api, convention center serata sarana
akomodasi yang berkualitas sangatlah penting. Selain dukungan infrastruktur
yang memadai faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan karena dapat
meningkatkan nilai tambah suatu destinasi adalah keatraktifan destinasi itu
sendiri, adanya jaringan pemasaran yang baik serta terdapat professional
conference organizer (PCO)
nasional/lokal yang
ahli dan berkualitas (DitjenPen, 2011).
Pemerintah
Indonesia juga merumuskan kebijakan untuk mendukung perkembangan wisata MICE di
Indonesia. Dalam kebijakan tersebut pemerintah telah menetapkan 10 kota utama
dan 3 kota yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan MICE di Indonesia.
Sepuluh kota utama tujuan wisata MICE di Indonesia,yaitu: Medan, Padang/Bukit Tinggi, Batam, Jakarta, Bandung,
Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makasar dan Manado. Sedangkan 3 daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata MICE adalah Palembang, Lombok dan Balikpapan.
Selain kota-kota yang telah disebutkan tersebut, tidak menutup kemungkinan bagi
kota-kota lain di Indonesia untuk dapat menjadi daerah tujuan wisata MICE di
mana Pemerintah Daerah memiliki peran yang sangat penting
dalam upaya untuk mengembangkan wisata MICE di daerah masing-masing.
Perkembangan wisata MICE di Indonesia juga didukung oleh perkembangan agresif
industri perhotelan yang memungkinkan adanya hotel disetiap ibukota provinsi sehingga
kegiatan MICE berskala nasional bahkan internasional dapat diselenggarakan di
ibukota-ibukota provinsi (DitjenPen, 2011).
Trend
perkembangan wisata MICE di Indonesia kedepannya akan semakin membaik mengingat
trend meeting internasional yang
cenderung terus meningkat,dimana kegiatan meeting masih didominasi oleh bidang medis (ICCA, 2012).
Peningkatan trend MICE di Indonesia juga dipengaruhi oleh kegiatan MICE
nasional yang telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Keadaan ini
dikarenakan tidak hanya pelaku bisnis, asosiasi dan dunia pendidikan yang
meramaikan kegiatan MICE nasional akan tetapi juga pemerintah serta partai
politik (DitjenPen, 2011). Berdasarkan data ICCA
Statistics Report bahwa terlihat ada peningkatan trend MICE yang terjadi
diberbagai negara dari tahun 2001 sampai dengan 2010.
Dalam kurun waktu 2001 – 2010
tersebut Indonesia
telah mengalami pertumbuhan jumlah pertemuan (meeting) sebesar 10,57%, yaitu dari 24 meeting
pada tahun 2001 menjadi 64 meeting pada tahun 2010. Dari tabel tersebut
juga terlihat bawah
trend pertumbuhan meeting di
negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia mengalami pertumbuhan
yang signifikan jika dibandingkan dengan negara-negara yang sudah berkembang seperti Amerika Serikat (DitjenPen, 2011).
Untuk mendukung perkembangan wisata MICE Indonesia, berbagai langkah strategis telah dilakukan, antara lain: melakukan pendekatan Co-Marketing dengan para pelaku
industri, dan pendekatan komunitas yaitu dengan
mendukung kegiatan yang dilakukan oleh kominitas tersebut serta memanfaatkan public figures sebagai ambasador untuk
mempromosikan MICE dan pariwisata Indonesia (DitjenPen, 2011). Pada Rencana
Pemasaran Pariwisata (Tourism Marketing
Plan)
2011 yang diluncurkan oleh Menteri Pariwisata pada akhir tahun 2010, wisata
MICE diharapkan dapat menyumbang setengah dari penerimaan pariwisata yang
diharapkan tahun 2011 yaitu sekitar 8,3 miliar dolar. Setengah dari penerimaan
pariwisata ini dapat dicapai karena berdasarkan informasi
di Jakarta Post, bahwa sekitar 600 event
MICE diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2011 yang menunjukkan perkembangan
dan kontribusi penting wisata MICE terhadap pendapatan pariwisata di Indonesia
(Business Monitor International, 2012).
Akan
tetapi trend pertumbuhan wisata MICE di Indonesia bukanlah tanpa halangan
karena terdapat beberapa kendala yang dapat menghambat laju pertumbuhan
Industri MICE di Indonesia, seperti: (DitjenPen, 2011)
1.
Masih rendahnya kesadaran suatu destinasi wisata akan
pentingnya kegiatan MICE dan kurangnya promosi MICE.
2.
Belum adanya database MICE yang dirangkum secara online dan
komprehensif.
3.
Aksesibilitas seperti penerbangan langsung yang masih terbatas ke
daerah yang menjadi tujuan kegiatan MICE serta kurangnya kemudahan dan insentif
bagi penyelenggara kegiatan MICE seperti mengkategorikan barang pameran dan
souvernir bagi para peserta insentif tour ke dalam kategori impor sehingga
mengurangi keinginan untuk berkunjung ke Indonesia.
Kendala-kendala di atas perlu segera ditangani dengan baik
guna memastikan keberlanjutan pertumbuhan wisata MICE di Indonesia.
Dari segi kota penyelenggaraan event
MICE, Indonesia memiliki tiga kota utama yang meliputi Bali, Jakarta dan
Bandung. Akan tetapi berdasarkan tabel data yang
dikeluarkan oleh ICCA (dalam DitjenPen, 2011), kota-kota di Indonesia masih
tertinggal dari kota-kota lain yang berada di dalam satu kawasan Asia Tenggara
yaitu kota Singapura, Kuala Lumpur dan Bangkok yang berada pada posisi 5, 23
dan 39 secara berurutan, sedangkan tiga destinasi MICE utama di Indonesia seperti Bali, Jakarta dan Bandung hanya
berada pada posisi 67, 113 dan 311.
Walaupun
ketiga kota utama di Indonesia masih terpaut jauh dari beberapa kota lain di
kawasan Asia Tenggara, akan tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bagi
ketiga kota tersebut dan kota-kota lainnya di Indonesia untuk mengembangkan
wisata MICE karena Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan
industri MICE.
D. KUALIFIKASI SDM MICE
Sumber daya manusia di bidang MICE dibutuhkan dengan
kualifikasi yang memenuhi standard kompetensi sebagai berikut :
1. Mampu merencanakan & menyusun proposal event &
bid
2. Mampu menyusun acara untuk konferensi/events
3. Mampu merancang, menerapkan & mengevaluasi rencana
kegiatan sponsorship
4. Mampu menyusun,
menerapkan & memonitor sistem dan prosedur
manajemen event
5. Mampu mengkoordinasi kegiatan registrasi bagi delegasi di
lokasi
Even
6. Mampu menyediakan/melaksanakan pelayanan yang
memadai
pada
saat event berlangsung
7. Mampu memproses & memonitor pelaksanaan registrasi
pada saat
Event
8.
Mampu
menyelenggarakan kegiatan ramah tamah (function)
9.
Mampu
merencanakan & mengkoordinir kegiatan budaya
E. CORPORATE
Corporate adalah suatu istilah yang sering di dengar dalam lingkungan
pasar modal, namun demikian tidak semua orang paham mengenai pengertian
corporate action. Pengertian corporate action menurut Darmadji dan Fakhruddin
(2001 : 123) adalah corporate action merupakan aktifitas emiten yang dapat
mempengaruhi baik jumlah saham yang beredar ataupun harga yang bergerak di
pasar.
Corporate action merupakan yang umumnya yang menyedot perhatian
pihak-pihak yang terkait di pasar modal khususnya para pemegang saham.
Keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum, baik Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Hal ini penting karena kebijakan yang akan diambil disamping akan mempengaruhi
jumlah saham yang ada di pasar juga akan mempengaruhi para pemegang sahamnya, sehingga
persetujuan pemegang saham mutlak agar suatu aksi dapat berjalan efektif (www.e-bursa.com).
Beberapa kebijakan umum yang dilakukan dalam corporate action adalah
right issue, stock split, pembagian bonus shares, dan pembagian deviden baik
dalam bentuk stock yang selanjutnya disebut stock devidend maupun dalam bentuk
kas yang biasa disebut dengan cash devidend. Kebijakan tersebut dapat dilakukan
secara terpisah ataupun terkait satu dengan yang lainnya tergantung dari
keputusan pemegang saham tersebut.
Tujuan Corporate
Keputusan emiten untuk melakukan right issue dalam rangka untuk
memenuhi tujuan-tujuan tertentu seperti meningkatkan modal kerja perusahaan,
ekspansi usaha, meningkatkan likuiditas saham, pembayaran utang, dan tujuan
lainnya. Corporate action pada umumnya mengacu pada kebijakan right issue,
stock split, stock / cash devidend, IPO, private placement, warrant atau
penerbitan obligasi.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001 : 123) menyatakan bahwa corporate
action berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh perusahaan
seperti pembagian deviden baik dalam bentuk deviden saham maupun deviden tunai,
stock split serta right issue. Di samping jenis tersebut, terdapat jenis
corporate action lainnya yaitu initial public offering, dan additional listing
seperti private placement konversi saham baik dari warrant, right ataupun
obligasi. Perbedaannya dengan kelompok sebelumnya, yaitu pada kelompok kedua
corporate action jenis ini tidak berpengaruh terhadap harga yang terjadi di
pasar kecuali berupa pencatatan penambahan saham baru. Pada umumnya, corporate
action berpengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham, jumlah saham yang
beredar, komposisi kepemilikan saham. Dengan demikian, para pemegang saham
harus mencermati dampak akibat corporate action tersebut untuk mendapatkan
keuntungan dari pengambilan keputusan yang tepat.
F.
DAERAH
TUJUAN MICE
Pertimbangan pelaksanaan Mice
Menurut Kesrul (2004:9), dalam penyelenggara kegiatan MICE, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, antara lain:
1)
Penetapan lokasi
dan ruang MICE
a)
Dalam penentuan terjadi 2 kemungkinan sebagai
berikut :
o Pihak
klien yang menetapkan dan mengkonfirmasikan lokasi tempat penyelenggaraannya.
Pihak perencana tidak meneruskan proses lebih lanjut.
o Perencana
mutlak menentukan lokasi dan tempat pertemuan, misalnya menyelenggarakan suatu
seminar atau workshop atau konferensi.
b)
Pertimbangan tempat penyelenggara secara
geografis dengan spread of the person attending : terlalu jauh dari tempat peserta,
kecuali khususnya seperti no.1b, peserta yang memerlukan sekali seminar dan
konferensi tersebut.
c)
Pertimbangan dalam menentukan kondisi sekitar
lokasi dimana pertemuan akan digelar.
BAB V
RESORT
DAN REKRASI
A. RESORT
1.
DEFINISI
RESORT
Hotel Resort didefinisikan sebagai hotel yang terletak dikawasan wisata, dimana sebagian pengunjung
yang menginap tidak melakukan
kegiatan usaha. Umumnya terletak cukup jauh dari pusat kota
sekaligus difungsikan sebagai tempat peristirahatan. Dari definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa hotel resort secara total
menyediakan fasilitas untuk berlibur, rekreasi dan olah raga. Juga umumnya tidak bisa dipisahkan dari
kegiatan menginap bagi pengunjung yang
berlibur dan menginginkan perubahan dari kegiatan sehari-hari.
(Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah
air Indonesia, hal.
1November, 1988) Resort adalah tempat wisata
atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati
potensi alamnya.
Resort
adalah
suatu
perubahan tempat
tingga
untuk
sementara
bagi
seseorang di luar tempat
tinggalnya
dengan
tujuan
antara
lain untuk mendapatkan
kesegaran jiwa
dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat
juga dikaitkan
Resort adalah sebuah tempat
menginap dimana mempunyai
fasilitas khusus untuk kegiatan bersantai
dan berolah raga
seperti tennis, golf, spa, tracking, dan jogging, bagian concierge berpengalarnan dan mengetahui betullingkungan resort, bila ada tarnu yang mau hitch-hiking berkeliling sarnbil
menikmati keindahan alarn sekitar resort ini.
2.
JENIS
–JENIS RESORT
·
The Beach , Golf and
Tennis ResortResort di sepanjang pantai yang selain menyediakan unit hunian
yang baik , jugamenyediakan fasilitas tenis dan golf serta
variasi fasilitas olahraga dan kebugaran(
fitness ) yang diharmonisasikan dengan suasana pantai atau pegunungan.
·
The Vacation Village (
Dusun Wisata )Bentuk bangunan dusun wisata meniru bentuk bangunan setempat
yangdisesuaikan dengan kebutuhan dan merupakan sebuah kompleks bangunan
besardan modern yang meniru konsep dusun.3.
·
The Health Spa ResortResort
yang menawarkan fasilitas tambahan berupa perawatan dan penyembuhanpenyakit tertentu dengan air mineral.4.
·
The Marina HotelBiasa disebut juga Floating Hotel , yakni bentuk penginapan yang
terdapat di tepisungai atau laut yang membutuhkan akses pencapaian yang mandiri
dan memiliki jumlah tamu tertentu selama perjalanan.
3.
KEUNGULAN
RESORT
a.
Persyaratan Hotel Resort
Motivasi
utama wisatawan yang menginap di hotel adalah berlibur dan berekreasi. Berlibur dapat diartikan sebagai kegiatan beristirahat, menghindari
kegiatan rutin, serta mengembalikan kesegaran badan dan pikiran. Berekreasi
diartikan sebagai kegiatan rekreatif, terutama yang menimbulkan rasa senang,
kegembiraan dan kesegaran, untuk rileks dan santai. Adapun
kecenderungan yang dituntut hotel resort adalah :
o
Penyediaan macam rekreasi luar/dalam bangunan
yang sesuai dengan kondisi/potensi daerah pariwisatanya dan tujuan
kedatangannya.
o
Dalam jarak cepat, cukup dekat dari
objek-objek rekreasi/pariwisata lain (kontinuitas objek pariwisata).
o
Tersedianya media kontak antar wisatawan.
o
Menjamin faktor aman, privacy,
confort, dan air bersih.
o
Ketentuan setiap fasilitas yang disediakan
termasuk dalam tarif hotel.
o
Sifat operasi, pelayanan, dan pengawasan
dalam ruang lengkap/bangunan dan site dengan tata cara yang tidak resmi.
b. Kriteria
Umum Hotel Resort
Kecenderungan yang dituntut hotel
resort adalah :
a. Orientasi
bangunan dari koridor-koridor dekat pemandangan (view) yang langsung
terhadap suasana lingkungan seperti sungai, pantai, danau, gunung, atau
bangunan-bangunan bersejarah tergantung jenis hotel resort. Untuk itu
diperlukan penataan tapak yang baik dan kontrol terhadap batas ketinggian
bangunan, sehingga dapat menonjolkan karakteristik hotel resort.
b. Penjagaan
rona lingkungan yang spesifik meliputi rona-rona alam yang menarik seperti
pohon-pohon besar, tanaman khas kawasan, atau formasi geologis (bukit-bukti dan
Kontur).
c. Pengelompokan
fasilitas-fasilitas dan kegiatan wisata.Pengelompokan secara fungsional tipe
akomodasi, fasilitas rekreasi, dan fasilitas komersial. Dimaksudkan untuk
menciptakan kemudahan bagi pengunjung dan perencana infrastruktur sekaligus
untuk memperoleh penzoningan yang baik karena adanya kekontrasan bebrapa
kegiatan (beberapa kegiatan bersifat tenang dan hening serta beberapa kegiatan
lainnya yang bersifat sibuk dan dinamis).
d. Adanya hubungan yang erat antara sarana akomodasi dan
atraksi resort yang utama. Kriteria ini meliputi penataan tapak hotel yang
menghasilkan akses yang sangat baik terhadap zona atraksi yang utama, misalnya
pantai atau kolam.
e. Akses ke lingkungan hotel membatasi jumlah kendaraan dan
mengurangi kemungkinan terjadinya masalah-masalah lalu lintas kendaraan.
Biasanya satu atau dua jalan masuk (access point) sudah cukup,
ditambah satu jalan terpisah untuk kendaraan servis jika diperlakukan.
f. Lokasi hotel mudah dicapai terutamanya kendaraan darat
motor, mobil. Kendaraan laut seperti perahu, Jonson, langsung ke area hotel.
Hotel harus terhindar dari pencemaran yang diakibatkan gangguan luar yang
berasal dari suasana bising, bau tidak enak, debu asap, serangga, dan binatang
pengerat.
g. Bangunan hotel memenuhi persyaratan perizinan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pengaturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsinya
sehingga memudahkan arus tamu, arus karyawan, arus barang/produksi hotel. Untuk unsur-unsur dekorasi lokal harus tercermin dalam
ruang lobby, restoran, kamar tidur, atau function room.
h. Untuk unit kamar tidur, jumlah kamar minimal 100 buah,
termasuk empat kamar suite. Semua kamar dilengkapi dengan kamar mandi di dalam
kamar. Standarnisasi luasan kamar mengacu pada standar internasional dengan
konsep desain ruang budaya tradisional.
i. Untuk fasilitas olahraga dan rekreasi, hotel menyediakan
sarana kolam renang untuk dewasa dan anak-anak yang terpisah atau digabung dan
dilengkapi pengaman, area bermain anak (children playground), dan
diskotik. Sedangkan jenis sarana olahraga dan rekreasi lainnya merupakan
pilihan dari: tennis, bowling, golf, fitness centre, sauna, billiard,
dan jogging.
j. Terdapat zona pembatas resort. Penataan lansekap
sepanjang batas lingkungan hotel resort dapat menciptakan pemisah dari
lingkungan yang berdekatan, terutama jika kegiatan-kegiatan dalam hotel dapat
menggangu lingkungan sekitarnya.
c. Kegiatan
dan Fasilitas Hotel Resort
Hotel resort harus
dilengkapi dengan fasilitas yang mampu mengantisipasitujuan wisatawan yang
datang menginap, berlibur, dan berekreasi. Untuk hotel resort yang terletak di
daerah pantai, fasilitas umum yang dijumpai adalah :
·
Fasilitas makan dan minum seperti restoran,
bar, lobby bar, pool bar, dan lain-lain.
·
Fasilitas penunjang seperti: shoping arcade,
klinik kesehatan hotel, salon money changer dan barber shop,
taman baca, dan lain-lain.
·
Fasilitas rekreasi seperti: lapangan olahraga
(tennis, volley ball, dan lain-lain), fasilitas olahraga air ( kolam renang,
menyelam/diving, surfing, ski air, perahu layar, dan
lain-lain), dan fasilitas kebugaran.
d. Organisasi
Hotel Resort
Pada
umumnya organisasi hotel meliputi: pengelompokan bidang kerja, hubungan antara
bidang-bidang kerja yang ada, untuk mengetahui siap pimpinan yang ditunjuk
melaksanakan pekerjaan tertentu.
Dengan
organisasi hotel yang jelas, setiap karyawan hotel dapat mengetahui bidang
pekerjaan, siapa atasan, dan tugas serta tanggung jawabnya.Bertolak dari fungsi
dan tugas karyawan hotel inilah, maka karyawan hotel terbagi atas dua bagian.
Bagian
tertinggi adalah kelompok eksekutif (pimpinan) yang terdiri dari general
manager, eksekutif secretary, eksekutif asistent manager dan kepala
–kepala departemen yang semuanya bertugas mengatur roda operasi hotel. Bagian kedua adalah unit-unit kerja (departemen) yang
terbagi menurut masing-masing. Jumlah dan jenis departemen pada setiap hotel
dapat berbeda antara satu dengan lainnya yang disebabkan oleh perbedaan
tipe/jenis hotel maupun sistem manajemen hotel.
e. Dasar
Fasilitas Hotel Resort
Sejalan dengan perkembangan bisnis
hotel, fasilitas yang ditawarkan (baik utama maupun fasilitas khusus) terus
berkembang ke berbagai ragam jenis, yang mendorong munculnya jenis-jenis hotel.
Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
diantaranya :
a.
Lokasi dan karakteristiknya.
Lokasi hotel resort harus
terletak di daerah peristirahatan seperti daerah pegunungan, daerah pantai,
daerah permandian air panas, sesuai dengan karakteristik hotel resort. Luas
site menentukan jumlah dan besarannya.
b.
Tuntutan dan kebutuhan pasar.
Dengan menetapkan terlebih
dahulu sasaran pasar yang potensial, menetapkan fasilitas dan komponennya yang
fleksibel terhadap kemungkinan perubahan tuntutan pasar serta menetapkan
fasilitas khusus hotel sebagai daya tarik tambahan bagi para tamu. Jumlah juga
disesuaikan prediksi kebutuhan kamar beberapa tahun kedepan.
c.
Kompetisi dan persaingan antar hotel.
Memperhatikan kelebihan dan
kekurangan usaha-usaha hotel sejenis, sebagai dasar penetapan strategi dan
kemampuan untuk memenangkan kompetisi dan persaingan. Menjadi dasar pertimbangan
bagi kemungkinan pengembangan fisik bangunan dan penambahan fasilitas.
d.
Tingkat kualitas (quality level).
Memperhatikan tingkat
kualitas fasilitas-fasilitas hotel lain yang melakukan perbandingan untuk
perbaikan dan peningkatan mutu fasilitas.
e.
Rencana Operasional.
Menetapkan sistem kerja atau
penekanan pada fasilitas publik agar dapat memberikan kepuasan para tamu dan
menampilkan imageyang diinginkan.
f.
Konsep pelayanan makanan/restoran.
Memperlihatkan fasilitas
yang banyak memberikan pemasukan seperti
restoran yang akan
mempengaruhi fasilitas penunjangnya, seperti kithceh, food
storage, dan locker area.
g.
Jumlah staf.
Jumlah staf disesuaikan
dengan jumlah tamu yang ditargetkan berkunjung ke hotel.
h.
Dana dan lain-lain.
Untuk pengadaan hotel resort
di Indonesia, dalam menentukan fasilitas (facilities programming)
mengacu pada “Himpunan Peraturan Usaha Akomodasi Bidang Usaha Hotel” yang
dikeluarkan Dirjen Pariwisata.
f.
Owner sebagai dasar kebijakan fasilitas
Dasar
penentuan fasilitas pada hotel resort ini juga didasarkan pada permintaan
pihak owner yang mana telah disesuaikan lagi dengan tuntutan
spesifik dari tamu hotel. Hendaknya seluruh fasilitasnya yang dibangun mampu
memberi kenyamanan bagi tamu hotel yang menghuni resort ini. Oleh karena pemakai
hotel resort ini para wisatawan yang melancong maupun yang berlibur. Maka
penentuan kebutuhan dan jenis fasilitas yang akan dibangun berdasarkan
kebutuhan dari semua pelaku didalam hotel resort ini. Pengelompokan fasilitas
dibagi berdasarkan sifat karakteristik dari fasilitas tersebut yaitu:
a. Publik,
fasilitas ini terbuka bagi semua orang yang datang ke resort ini sehingga harus
memiliki akses langsung dari luar.
b. Semi publik, fasilitas ini hanya dapat
dipergunakan oleh semua penghuni resort, dan tidak memperkenankan orang luar
mempergunakan dengan alasan menjaga ketenangan penghuni.
c. Privat,
fasilitas ini bersifat sangat privat dan hanya dapat dipergunakan oleh orang
yang berkepentingan langsung dengan fasilitas tersebut (seperti guest room)
d. Service, fasilitas
ini merupakan fasilitas pendukung dari seluruh fasilitas dan pelayanan di
kawasan hotel resort ini.
g.
Karakteristik
Hotel Resort
Ada 4 (empat)
karakteristik hotel resort sehingga dapat dibedakan menurut jenis hotel
lainnya, yaitu :
a. Lokasi
Umumnya berlokasi di tempat-tempat berpemandangan indah,
pegunungan, tepi pantai dan sebagainya, yang tidak dirusak oleh keramaian kota,
lalu lintas yang padat dan bising, “Hutan Beton” dan polusi perkotaan. Pada
Hotel Resort, kedekatan dengan atraksi utama dan berhubungan dengan kegiatan
rekreasi merupakan tuntutan utama pasar dan akan berpengaruh pada harganya.
b. Fasilitas
Motivasi pengunjung untuk bersenang-senang dengan mengisi
waktu luang menuntut ketersedianya fasilitas pokok serta fasilitas rekreatif indoor
dan outdoor. Fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area privasi. Fasilitas
rekreasi outdoor meliputi kolam renang, lapangan tennis dan penataan landscape.
c.
Arsitektur dan Suasana
Wisatawan yang
berkunjung ke Hotel Resort cenderung mencari akomodasi dengan arsitektur dan
suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis hotel lainnya. Wisatawan pengguna
hotel resort cenderung memilih suasana yang nyaman dengan arsitektur yang
mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra yang bernuansa
etnik.
d.
Segmen Pasar
Sasaran yang
ingin dijangkau adalah wisatawan / pengunjung yang ingin berlibur,
bersenang-senang, menikmati pemandangan alam, pantai, gunung dan tempat-tempat
lainnya yang memiliki panorama yang indah.
B. REKRASI
1.
Definisi
Rekrasi
Rekreasi berasal dari bahasa latin yaitu “ creature
“ yang berarti mencipta, lalu diberi awalan “ re “
yang sehingga berarti “ pemulihan daya cipta atau penyegaran daya
cipta”. Kegiatan rekreasi biasanya dilakukan diwaktu senggang
(leasuretime). Leasure berasal dari kata “licere” (latin) yang
berarti diperkenankan menikmati saat-saat yang bebas dari kegiatan rutin untuk
memulihkan atau menyegarkan kembali.
a. Rekreasi dapat diartikan sebagai kegiatan penyegaran
kembali tubuh dan pikiran; sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan
seperti hiburan; piknik. Sedangkan rekreatif berarti bersifat reasi
b. Rekreasi
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan kembali fisik dan mental dari
kehidupan sehari-hari, sehingga dapat mempertinggi daya kreasi manusia dalam
mencapai keseimbangan bekerja dan beristirahat.
c. Rekreasi
adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan kesenangan dan
kepuasan.
d. Rekreasi
merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkala, sebagai kegiatan yang
merupakan perubahan bentuk rutinitas dan kewajiban seperti dalam kegiatan
bekerja
e. Rekreasi merupakan proses memenfaatkan
kegiatan selama waktu luang dengan seperangkat perilaku yang memungkinkan
peningkatan waktu luang.
f. Rekreasi
adalah penyegaran bagi kekuatan dan semangat setelah bekerja keras.
g. Rekreasi
adalah kegiatan di waktu luang atau santai.
Dari
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian rekreasi adalah
“ aktivitas yang dilakukan pada waktu
senggang (lapang) yang bertujuan untuk membentuk, meningkatkan kembali
kesegaran fisik, mental, pikiran dan daya rekreasi (baik secara individual
maupun secara kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin sehari-hari dengan
jalan mencari kesenangan, hiburan dan kesibukan yang berbeda dan dapat
memberikan kepuasan dan kegembiraan yang ditujukan bagi kepuasan lahir dan
batin manusia.
2.
Faktor
yang Mempengaruhi Rekrasi
Menurut Bovy dan Lawson (1997) ada beberapa hal yang
menjadi factor yang mempengaruhi
rekreasi antara lain :
1. Faktor
sosial ekonomi Pada masyarakat dengan kelompok social tertentu (elite) akan
berbeda dengan rekreasi masyarakat pada umunya karena perbedaan fasilitas yang
dimiliki.
2. Faktor jenis
kelamin , usia dan Keluarga Kegiatan rekreasi remaja putri mungkin berbeda
dengan remaja putra dan berbeda pula dengan kegiatan reklreasi orang dewasa.
3. Faktor
ketersediaan waktu luang
4. Waktu luang
penyelenggaraan rekreasi ibu rumah tangga akanberbeda dengan wanita pekerja.
5. Faktor
pranata Berhubungan dengan pencapaian, besar dana yang dimiliki,perubahan sikap
terhadap rekreasi.
6. Faktor
perubahan teknologi
3.
Tujuan
Rekrasi
Adapun tujuan rekreasi antara lain :
·
Menciptakan dan membina hubungan manusia
·
Mempertahankan kelestarian alam
·
.Mempertahankan nilai-nilai budaya
·
Kesenangan dan kepuasan karena dapat memenuhi rasa
ingin tahu/ bertualang.
·
.Memulihkan kesehatan jasmani dan rohani
4.
Jenis-
jenis Rekrasi
BAB VII
ATRACTION AND ENTERTAIMEN
A. ATRAKSI
1. Definisi Atreksi
Istilah atraksi
wisata adalah
sebagai terjemahan dari
Attraction dalam bahasa Inggris, yang berarti segala sesuatu
yang memiliki daya tarik, baik benda yang berbentuk fisik maupun non-fisik. Pengertian
atraksi seing diartikan sempit yakni “pertunjukan”. Sedangkan attraction
diterjemahkan dengan “obyek” wisata.
a.
Atraksi Wisata
Atraksi wisata bersifat dinamis,
mencerminkan adanya gerak, tidak terikat tempat (dapat berpindah) dan tidak
dapat dijamah (intangible).
Contoh,
atraksi asli (ada atau
tidak ada tourist akan berlangsung seperti apa adanya): seperti adat istiadat,
pakaian traditional, arsitektur khas/daerah, kebiasaan dan pola hidup, gaya
hidup, bahasa, suasana keakraban dan keramahan masyarakat, seni budaya yang
melekat pada kehidupan masyarakat, seni batik, seni ukir, seni pahat, seni
lukis, seni tari & gamelan, seni musik, upacara ritual keagamaan, upacara
perkawinan, upacara menyambut kelahiran anak, upacara kraton, acara 17-an (Agustus), dsb.
Contoh,
atraksi pentas:
Pementasan seni budaya (tari, gamelan, musik, wayang, dll), pameran lukisan,
pameran pahatan, pameran ukiran, peragaan busana, dll.
b.
Jenis-jenis
atraksi wisata :
·
Atraksi alam
·
Pemandangan
·
Laut
·
Pantai
·
Pegunungan
·
Sinar matahari
·
Flora
·
Fauna
·
Atraksi sosial budaya
·
Atraksi sejarah.
·
Atraksi kesenian
·
Cara hidup masyarakat
·
Yang berkaitan dengan kehidupan politik
·
Yang berkaitan dengan antropologi
·
Yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
·
Yang berkaitan dengan keagamaan
c. Atraksi yang berkaitan dengan pendidikan
·
Kebudayaan umum
·
Kehidupan dan mempelajari ilmu di perguruan
·
Mengikuti seminar
d. Atraksi perdagangan , berupa :
·
Berbelanja ( shopping)
·
Mengunjungi pameran, pekan raya
·
Konferensi, rapat, pertemuan, seminar, dll.
2.
DEFINII
ODTW
Salah satu
unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah
obyek wisata dan atraksi wisata. Secara pintas produk wisata dengan
obyek wisata serta atraksi wisata seolah-olah memiliki pengertian yang sama,
namun sebenarnya memiliki perbedaan secara prinsipil. (Yoeti, 1996 :
172) menjelaskan bahwa di luar negeri terminolgi obyek wisata tidak
dikenal, disana hanya mengenal atraksi wisata yang mereka sebut dengan
nama Tourist Attraction sedangkan di Negara Indonesia keduanya dikenal dan keduanya memiliki
pengertian masing-masing.
Adapun pengertian Obyek Wisata,
yaitu : semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh
wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja.
Sedangkan pengertian dari
pada Atraksi Wisata, yaitu : sesuatu yang menarik untuk dilihat,
dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan, yang dibuat oleh
manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu sebelum diperlihatkan
kepada wisatawan.
Mengenai pengertian obyek
wisata, maka dapatlah dilihat beberapa sumber acuannya, antara
lain :
1. Peraturan
Pemerintah No. 24/1979 menjelaskan bahwa obyek wisata adalah : perwujudan dari
ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat
keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.
2. SK.
MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 / MPPT-87 menjelaskan bahwa obyek wisata adalah : tempat
atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan
dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang
dikunjungi wisatawan.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa obyek wisata dan atraksi wisata adalah sama, sedangkan menurut Yoeti,
1996 : 172 dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Pariwisata menjelaskan
bahwa obyek wisata dan atraksi wisata memiliki perbedaan yang asasi.
Yang dimaksud obyek wisata adalah
: kita dapat mengatakan sesuatu sebagai obyek wisata jika kita melihat obyek
itu tidak dipersiapkan sebelumnya dengan kata lain obyek tersebut dapat
dikatakan tanpa bantuan orang lain. Dan yang dikatakan atraksi wisata adalah :
atraksi itu merupakan sinonim dari pengertian entertainment, yaitu sesuatu yang
dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dengan melibatkan
orang lain.
Namun pada dasarnya obyek wisata
dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat itu.
Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah
Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan 3 (tiga) hal agar daerah itu
menarik untuk dikunjungi, yaitu :
1. Adanya something to see
Maksudnya adalah sesuatu yang
menarik untuk dilihat.
2. Adanya something to buy
Maksudnya adalah sesuatu yang
menarik dan khas untuk dibeli.
3. Adanya something to do
Maksudnya adalah sesuatu aktivitas
yang dapat dilakukan di tempat itu.
Ketiga hal di atas merupakan
unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan
suatu daerah tujuan wisata harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain :
1. Harus
mampu bersaing dengan obyek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di
tempat lain.
2. Harus
tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali dari bidang pembangunan
dan pengembangan.
3. Harus
memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta mempunyai ciri-ciri khas
tersendiri.
4. Harus
menarik dalam pengertian secara umum (bukan pengertian dari subjektif) dan
sadar wisata masyarakat setempat. (Editor : N. Raymond Frans),
B. ENTERTAIMENT
1. Definisi Entertaiment
An activity that is diverting and
that holds the attention The act of receiving as host, or of amusing,
admitting, or cherishing; hospitable reception; also, reception or treatment,
in general
Hiburan adalah segala sesuatu
– baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku – yang dapat menjadi
penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih.Pada umumnya hiburan dapat berupa musik, film, opera, drama,ataupun berupa permainan bahkan olahraga. Berwisata juga dapat dikatakan
sebagai upaya hiburan dengan menjelajahi alam ataupun mempelajari budaya. Mengisi kegiatan di waktu senggang
seperti membuat kerajinan, keterampilan, membaca juga dapat dikatagorikan
sebagai hiburan
Bagi orang tertentu yang memiliki sifat workaholic, bekerja adalah hiburan dibandingkan dengan berdiam
diri. Selain itu terdapat tempat-tempat hiburan atau klab malam (night club) sebagai tempat-tempat
untuk melepas lelah, umumnya berupa rumah makan atau restoran yang dilengkapi
hotel serta sarana hiburan seperti musik, karaoke, opera. Ada pula yang
menyediakan permainan seperti bilyar hingga sarana perjudian. Bagi kalangan
tertentu, permainan judi (gambling)
dianggap sebagai hiburan atau sarana membuang sial. Selain itu, di beberapa
negara ada juga klab-klab malam yang diperuntukkan untuk pertemuan keluarga
yang tentunya berbeda dengan klab klab malam pada umumnya.
Entertainment.
Modern day consumers look for adventures and are constantly looking for new
concepts. On the Internet they can find chatboxes, portals for music, on-line
games, dating, sex, festivals, sport, hotel and restaurants, travel agencies and everything they can imagine.
The opportunities the Internet
offers to the travel industry appear to be without frontiers. While the tourism
bussines volume that was conducted electronically was 3 billion Euro in the
year 2000, researchers forecast a